DONGGALA -- Masih terbayang dengan jelas di benak Hidayat Aulia, detik-detik awal gempa melanda Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya, pada Jumat sore, (28/9/2018). Saat itu ia bersama 18 operator lainnya masih bertugas seperti biasa. Namun, goncangan yang begitu kencang berkali-kali disusul dengan tsunami, membuat mereka berpencar untuk menyelamatkan diri masing-masing. Sedangkan Hidayat hanya bisa pasrah karena saat kejadian ia sedang mengecek proses loading LPG dan berusaha keras memegang selang loading agar tidak terlepas. Ia menyaksikan langsung gelombang air laut yang berputar menyapu pesisir hingga porak poranda.
Usai kejadian, ia bergegas pulang ke rumahnya di Desa Kabonga Besar, Kecamatan Banawa, Kabupaten Donggala dan baru tiba sekitar pukul 21.30 malam karena kondisi jalan yang sulit dilalui.
"Tidak ada orang di rumah. Saya cari ke pengungsian di desa, alhamdulillah mereka ada di sana. Anak-anak diselamatkan oleh tetangga. Cuma istri saya yang waktu itu sedang ke kota Palu tidak ada di sana. Ternyata dia mengungsi ke gunung," ujarnya berkisah.
Usai memastikan keluarganya selamat dan kondisi rumah hanya mengalami kerusakan sedikit, keesokan harinya ia pun tetap menjalani rutinitas sebagai pegawai di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE).
Bagi pria berusia 38 tahun ini, memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sama dengan bekerja maksimal untuk perusahaan tempatnya bekerja. Sebagai operatoration head di SPPBE Muhsan Putra Arba Mandiri di Donggala, sejak hari pertama usai gempa tsunami menyergap Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya, ia tetap melaksanakan tugasnya seperti biasa.
"Saya merasa bertanggung jawab terhadap kelangsungan operasional. Walaupun kami tidak bisa beroperasi selama dua hari setelah bencana, tapi pada hari ketiga kami mulai menyalurkan LPG lagi," ungkapnya.
Ia bersyukur teman-teman sejawatnya selamat dan termotivasi juga untuk kembali bekerja melayani 11 agen LPG yang bermitra dengan SPPBE tersebut.
"Ini adalah bentuk loyalitas kami kepada perusahaan dan bentuk pelayanan kepada masyarakat. Kami tidak mau ada kelangkaan LPG. Karena jika kami tidak menyalurkan LPG, sama saja mencoreng nama baik perusahaan. Kasihan juga masyarakat," imbuhnya.
Seperti malam tadi (9/10/2018), ketika ditemui tim energia, ia tetap bertugas seperti biasa. Setelah itu, kembali ke pengungsian bertemu keluarga. Mereka masih tinggal di sana karena masih ada gempa susulan.*KUN