JAKARTA - PT Pertamina EP Cepu (PEPC) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah melaksanakan program pelatihan yang diberi nama Apprentice Program.
Apprentice Program yang diadakan sejak 2019 itu dalam rangka menyiapkan beroperasinya Proyek Pengembangan Gas Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di tahun 2021. Tentunya diharapkan akan lahir tenaga kerja yang handal dan siap mengelola cadangan gas sebesar 330 juta kaki kubik per hari (MMscfd) tersebut.
Program yang diselenggarakan di Politeknik Energi dan Mineral (PEM) Akamigas Cepu untuk beasiswa pendidikan Diploma-I dan sertifikat teknis itu diikuti oleh 108 peserta berasal dari putra putri terbaik Bojonegoro. Mereka dipersiapkan menjadi operator dan teknisi untuk mengoperasikan fasilitas pengolahan gas alam JTB.
Selain pendidikan formal, para peserta juga diharuskan mengikuti Tutoring & Upskilling Program agar kemudian siap untuk mengoperasikan peralatan dengan teknologi terkini.
“Untuk itulah diperlukan suumber daya manusia (SDM) yang mahir, handal, dan berkompeten dalam melakukan pekerjaannya nanti,” ujar Direktur Utama PEPC Awang Lazuardi saat pembukaan Program Tutoring & Upskilling secara daring di Ciloto, Senin, 16 November 2020.
"Mereka ditargetkan memperoleh sertifikat internasional, Global Vocational Qualification (GVQ) in Oil and Gas, supaya mahir mengoperasikan dan memelihara Lapangan Gas JTB. Setelah menyelesaikan program upskilling dan mendapatkan sertifikat GVQ, mereka sudah siap ditempatkan di lapangan migas mana pun," ucap Awang.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, guna mendukung kegiatan hulu migas di Indonesia dan keberlangsungan beberapa proyek ke depan, SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) senantiasa mendorong pengembangan tenaga kerja lokal.
“Program itu merupakan salah satu upaya industri migas untuk memastikan pengembangan tenaga kerja lokal agar memenuhi persyaratan dan standar hulu migas internasional. Sehingga masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasi migas dapat berkontribusi langsung dan mendapat manfaat maksimal dari kegiatan usaha hulu migas,” kata Dwi.
Selain itu, ia berharap penciptaan lapangan kerja dan terjaganya daya beli masyarakat bisa menggerakan ekonomi lokal, sehingga semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari industri hulu migas.
“Adanya program itu dapat memberikan kontribusi perekonomian, khususnya di Bojonegoro, secara umum di sekitar wilayah operasi KKKS. Lebih dari itu para lulusan dari program tersebut dapat menjadi diaspora untuk bekerja di industri migas internasional,” ujar Dwi.
Untuk menjadikan peserta memiliki standar Internasional, selain mengikuti pelatihan Bahasa Inggris secara intensif, mereka dibekali standar praktek Health, Safety, Security, & Environment di industri migas.
Program Apprentice merupakan program sinergi antara PEPC dan SKK Migas dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro dalam menciptakan iklim operasi yang baik.
“Hal itu merupakan bentuk nyata PEPC berperan aktif mendukung program pemerintah dalam mencetak bibit unggul sumber daya manusia profesional. Untuk melaksanakan Tutor & Upskilling Program, PEPC bekerja sama dengan pelaksana kegiatan dengan standar internasional yaitu PT Petrotekno,” ujar Awang. *PEPC/HM