Optimalisasi Peningkatan Produksi Lapangan Banyu Urip

Optimalisasi Peningkatan Produksi Lapangan Banyu Urip

Banyu Urip _SiteJakarta - Pertamina EP Cepu (PEPC) adalah anak perusahaan Pertamina yang bergerak di sektor Hulu. Dibentuk pada 14 September 2005, PEPC bersama Mobil Cepu Limited (MCL) dipercaya untuk mengelola Blok Cepu yang meliputi wilayah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur, Kabupaten Blora Jawa Tengah dan Kabupaten Tuban Jawa Timur.

 

Blok Cepu menjadi andalan Pertamina dalam mendongkrak angka produksi minyak nasional. “Tidak tanggung-tanggung hanya dari Lapangan Banyu Urip, Pertamina diprediksi akan mendapatkan bagian produksi minyak mentah sebesar 82,5 ribu barrel oil per day (BOPD) dari total 165 ribu BOPD pada 2015 mendatang,” jelas Direktur Utama PEPC Amril Thaib Mandailing dalam berbagai kesempatan. Ia menambahkan, cadangan minyak di Banyu Urip sebesar 352 juta barel.  Selain Banyu Urip, Blok Cepu yang luasnya mencapai 918 kilometer persegi itu masih memiliki lapangan lainnya seperti Jambaran, dan Cendana.

 

Berdasarkan Plan of Production (POD) yang telah disetujui BP Migas sejak 2006, Banyu Urip semestinya sudah on-stream pada Maret 2010. Namun dalam realisasinya banyak ditemui kendala sehingga jadwal on-stream mundur berkali-kali. “Karena itulah untuk mengantisipasi kelambatan main POD dan memanfaatkan potensi produksi minyak dari empat  sumur yang sudah dibor sejak 2007 dan 2008, manajemen PEPC ketika itu, mengusulkan pembangunan Early Production Facilities (EPF) guna menampung potensi tersebut,” tutur Amril Thaib.

 

Usulan itu akhirnya disetujui BP Migas. Selanjutnya dibangunlah EPF di atas lahan sewa seluas 20 hektare dan berhasil on-stream pada 10 Desember 2008. Satu set peralatan produksi meliputi kepala sumur, fasilitas pemisahan Gas, Minyak dan Air, disalurkan ke pipa 6” x 40 km BU-Mudi dan pipa 6” x 5.2 km menuju kilang milik swasta. Dengan upaya tersebut, pada  awal produksi tahun 2009, hanya mampu menghasilkan minyak sebesar 12.000 BOPD atau 60 persen dari target yang disepakati.

 

Terobosan terus dilakukan, di antaranya pada 2010 pengaplikasian bahan kimia drag reducer agent (DRA) pada sistem transportasi minyak mentah. Sehingga produksi yang tadinya hanya 12.000 BOPD naik menjadi 20.000 BOPD hanya dari empat sumur produksi Banyu Urip saat ini,  yaitu: BU-01, BU-A03, BU-A04, dan BU-A05.

 

Untuk mengoptimalkan kapasitas EPF, pada Juni 2012 dilakukan work over sumur BU-A3, serta pemasangan gas cooler dan by pass line tambahan di EPF. Selesainya proyek pemasangan pipeline sepanjang Banyu Urip – Mudi juga menjadi kunci naiknya produksi menjadi 25.000 BOPD pada akhir 2012.

 

Tidak hanya sampai di situ, usaha peningkatan produksi Lapangan Banyu Urip dilanjutkan dengan ekspansi pertama EPF yaitu memasang tambahan oil cooler, by pass line crude stripping tower-crudestabilizer, serta control valve stabilizer, dan up sizing PCV export line. Disusul dengan ekspansi kedua pada akhir tahun 2013, sehingga produksi mencapai level 28.500 BOPD atau 109 persen dari target RKAP.

 

Semua upaya yang dilakukan merupakan langkah awal PEPC demi mencapai nilai produksi Lapangan Banyu Urip sesungguhnya, “Hal itu tentu baru bisa terjadi bila fasilitas produksi utama Banyu Urip selesai dibangun dan on-stream pada pertengahan 2014, serta mencapai puncak produksi pada akhir 2014,” ujar Amril Thaib seraya menutup perbincangan.• DIT.HULU

Share this post