Paku Gajah Bertuah Produksi Bertambah

Paku Gajah Bertuah Produksi Bertambah

20-RIG KAG A2Jakarta – Kejatuhan pasar crude dunia hingga kisaran di bawah US$ 50 per barel, sejak medio 2014 berimbas pada kinerja seluruh korporasi yang bergerak di bidang bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas). Perusahaan-perusahaan tersebut terpaksa harus melakukan rekalkulasi agresivitas portofolionya, baik menyangkut anggaran investasi maupun biaya operasi. Dampak yang paling terasa adalah penurunan operasi pengeboran. Rasionalisasi dilakukan terhadap semua rencana pengeboran, terutama untuk lokasi-lokasi yang tidak bisa langsung diproduksikan. “Pengeboran, dilakukan hanya untuk sumur yang memiliki prospek secara subsurface menjanjikan peluang berhasil 100 %, sebagai upaya dalam menjaga dan menambah produksi. Selain itu, kegiatan pengeboran juga harus efisien dan efektif sesuai dengan standarisasi yang sudah diterapkan di seluruh Anak Perusahaan bidang Hulu (APH),” tegas Direktur Hulu, Syamsu Alam mengingatkan dalam berbagai kesempatan.

 

Kemudian Alam menambahkan, peningkatan efesiensi dan efektifitas pengeboran akan terukur manakala semua pihak konsisten menggunakan acuan sesuai kaidah-kaidah dalam Pertamina Drilling Way (PDW) yang sudah diterapkan dalam 2 tahun terakhir. “Penerapan standarisasi tersebut merupakan the way we are doing business, suatu praktik terbaik yang kita setujui bersama untuk diimplementasikan pada setiap rangkaian aktifitas pengeboran di lingkungan hulu Pertamina,” imbuh Alam. Menurut Alam, sinergisitas akan lebih mudah dibangun ketika seluruh jajaran terkait dalam operasi menggunakan basis pijak serta standar yang sama.  “Peningkatan sinergisitas dan budaya kerja baru bukan hanya sekadar agar survive di tengah krisis, semata namun juga harus mampu menjaga irama sustainable growth,” terang Alam. Dalam perspektif kebijakan Direktur Hulu dimaksud, Pertamina EP Paku Gajah Development Project (PGDP) melakukan eksekusi setiap program yang dicanangkan. Implementasi langkah-langkah sesuai tata nilai operasi yang diatur dalam PDW terus ditumbuhkembangkan. Hal tersebut dapat diurut dari pengeboran sumur pengembangan lokasi  Kuang (KAG)-A2.

 

Secara geografis sumur KAG-A2 terletak di Desa Mandala, Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), sekitar 70 Km tenggara kota Prabumulih (Sumatera Selatan). Sumur ter­sebut ditajak pada 17 Juni 2016, menggunakan Rig EMSCO D-2/M PDSI dengan kekuatan 750 HP, dan mencapai kedalaman akhir 1.481 m dalam Formasi Talang Akar (TAF) pada 8 Juli 2016. Zona target Formasi Baturaja (BRF) ditembus pada kedalaman 1.414 m sementara puncak TAF berada di kedalaman 1.479 m. “Uji Kandungan Lapisan (UKL) dilakukan di interval 1.419-1.422 m & 1.423-1.425 m (satu kali perforasi) pada batugamping BRF dengan hasil 4,49 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) tanpa liquid,” ungkap General Manager PGDP, Musalam Latuconsina menyiratkan rasa syukurnya.

 

Selanjutnya Subsurface Manager PGDP, Pande Made Oka Iriana menambahkan, sebelum operasi pengeboran dilaksanakan jajaran manajemen PGDP melakukan inspeksi Rig dan Endurance Test sebagai bagian dari best operation practices untuk mengeliminasi non productive time (NPT). Di samping itu, dalam rangka menekan biaya operasi maka program pemasangan selubung 9-5/8” diset sedekat mungkin dengan puncak BRF sehingga trayek bor lubang 8-1/2” bisa menggunakan gel water mud. “Langkah tersebut dapat memetik penghematan anggaran rata-rata hingga 57 % dari biaya lumpur pada tayek 8-1/2”. Kemudian pengujian sumur (well testing) dilakukan setelah rig release. Langkah ini, minimal akan menghemat US$ 82,500 untuk Rig 750 HP per sumur,” urai Made menunjukkan semangat efisiensi dalam operasi pengeboran sumur KAG-2. Menurut Made, dalam pengeboran sumur KAG-A2 jajaran PGDP juga berhasil mempersingkat rig days activity dari program 36 hari menjadi 31 hari. “Kesuksesan kami dalam penerapan substansi muatan-muatan PDW sangat dibantu oleh tim dari Drilling Departement,” aku Made menunjukkan sinergisitas lintas fungsi yang terbangun di PEP.

 

Tuah Paku Gajah juga terungkap dari penghematan (realisasi) anggaran yang signifikan. “Dengan segala cara dalam koridor tetap menjaga kinerja HSSE, kami mampu menekan biaya sumur pengeboran KAG-2A, yaitu original AFE US$ 5,245,465 sementara prognosa RKAP US$ 4,217,257, dan actualnya hanya US$ 2,993,363,” tandas Musalam. Sepanjang 2016, PGDP merencanakan 6 sumur pengeboran pengembangan, yaitu: PDW-8, KAG-A2, KAG-A3, KAG-A1, TSM-6, dan KRD-3. Pengeboran sumur pengembangan KAG-A2 merupakan lokasi kedua dalam tahun ini, yang dilakukan paralel bersama sumur ketiga TSM-6 dengan rig berbeda. Produksi Paku Gajah rata-rata adalah gas sebesar 45,33 MMSCFD dan kondensat sebesar 983,41 BCPD.

 

PGDP merupakan proyek percepatan kegiatan delineasi dan appraisal di area Pagar Dewa guna memastikan cadangan hidrokarbon sebelum melakukan plan of development (POD). Saat ini PGDP memiliki 19 sumur workover dan 11 sumur pengembangan yang baru selesai 5 sumur sementara 6 sumur sisanya akan diselesaikan tahun depan. “Bagian paling utama dari POD itu adalah pembangunan fasilitas produksi permanen. Engineering Procurement & Construction (EPC) untuk fasilitas produksi tersebut dimulai  Desember 2015 dengan program waktu sekitar 14 bulan ke depan,” pungkas Mu­alam.•DIT. HULU

Share this post