Pembahasan Alignment Hulu - PEPC

Pembahasan Alignment Hulu - PEPC

Alignment -PEPCJakarta - Di ruang Banyu Urip Gedung Patra Jasa, PEPC mengadakan diskusi dengan Direktorat Hulu yang membahas tentang Alignment Hulu - PEPC, pada (2/9). Diskusi dihadiri oleh Direktur Hulu Pertamina, Tim Transformasi Hulu, jajaran Direksi dan seluruh manajemen PEPC.

 

Dalam kesempatan ter­sebut, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam menegaskan, selain untuk efisiensi, Tim Tranformasi Hulu dibentuk untuk merumuskan arah dan tujuan Direktorat Hulu ke depan, karena beberapa anak perusahaan Hulu memiliki karakter dan masalah yang ber­beda. Dengan adanya per­bedaan tersebut, diha­rapkan anak perusahaan Hulu sejalan (align) dengan holding company sehingga bisa support korporat dengan lebih baik ke depannya.

 

“Tim Transformasi Hulu akan melakukan alignment dengan beberapa anak peru­sahaan Hulu dan mengatasi problem yang terjadi serta melakukan pembenahan di dalam untuk memperkecil loss dalam transportasi migas,” tegasnya.

 

Pemaparan awal disam­paikan oleh Direktur Utama PEPC, Adriansyah yang menjelaskan wilayah kerja blok Cepu seluas 919,2 km2 dengan temuan di Cendana 1998 (gas), Banyu Urip 2001 (minyak), Jambaran 2002 (gas), Kedung Keris 2011 (minyak), dan beberapa temuan seperti di Kalisari, Pilang, Giyanti, Alas Tua West dan Alas Tua East. Adriansyah juga memaparkan tentang cadangan dan proyeksi pro­duksi migas di tiap wilayah temuan. Tugas dan tanggung jawab PEPC, proses bisnis PEPC mulai dari input, proses, hingga output pun dipaparkan secara rinci oleh Adriansyah.

 

Sementara Direktur Pe­ngembangan PEPC yang di­wakili oleh Bob Wikan me­nerangkan proyek JTB yang diproyeksi menjadi pro­yek gas terbesar di Pertamina. “POD original disetujui 13 Pebruari 2013 dan revisinya telah di­se­tujui SKK Migas pada 17 Agustus 2015. Sampai de­ngan pertengahan Agustus 2015, cummulative overall progress mencapai 6,17%.  Semoga pertengahan tahun 2016 sudah mulai dila­kukan kegiatan fisik di lapangan,” jelasnya.

 

Sedangkan proyek pe­ngembangan Banyu Urip dengan kapasitas produksi (POD) 185 kbd untuk mem­proses crude oil dengan Peak Production 165 kbd yang akan dialirkan ke export system onshore pipeline, offshore pipeline, mooring tower, dan FSO Gagak Rimang.

 

Rencana penerapan teknologi baru CFZ (Controlled Freeze Zone) di blok Cepu, kemungkinan diterapkan di Lapangan Cendana (CDN) sebagai pilot project, Alas Tua West (ATW) dan Gas Banyu Urip. Teknologi CFZ adalah mengkonversi gas CO2 ke dalam bentuk cai­r­an, diusulkan oleh Exxon­Mobil karena Capex jauh lebih rendah dibanding meng­­gunakan teknologi konvesional. Sebagai bentuk sharing teknologi CFZ, pekerja PEPC sebagai secondee da­pat terlibat aktif dalam kegiatan terkait penggunaan CFZ dan melalui EMCL dapat melakukan studi banding ke fasilitas ExxonMobil yang menggunakan CFZ.

 

Direktur Operasi PEPC, RP Yudantoro, memaparkan percepatan & peningkatan produksi Banyu Urip (non POD) sejak produksi Agustus 2009 hingga Agustus 2015 dan realisasi & prognosa produksi non POD sejak 1 Januari 2015 hingga 31 Agustus 2015. S

 

Sementara Direktur Bisnis Support, Musa Umbas, me­maparkan realisasi kinerja PEPC sampai dengan Juli 2015, RKAP 2015, dan pro­gnosa 2016.

 

Pembahasan dilanjutkan oleh Tim Transformasi Hulu, yang menjelaskan aspirasi Pertamina di tahun 2025 dengan target World Class Energy Company. Strategi Hulu dan aspirasi produksi tahun 2025 sebesar 1.900 kboepd.

 

Dari analisa usulan produksi migas RJPP, asum­si skenario RJPP revisi, production plan & revenue dan reserves plan 2015-2019 memperoleh hasil bahwa RJPP belum sejalan dengan Aspirasi Pertamina 2025.

 

Dari pengum­pulan data mengenai current upstream portrait, asset portrait dan volume sisa cadangan migas 2015-2019, didapat process maturity masih berada di level 2 yang artinya masih dalam level managed. Untuk itu diperlukan usaha dan kerja keras yang terintegrasi dengan seluruh anak peru­sahaan Hulu.

 

Selain itu juga dipaparkan OPP breakdown per tahun dan peta sebaran hubungan kerja antara Persero dan anak perusahaan digabung dengan data RKAP 2015 revisi bisnis Portfolio Upstream Direktorat untuk bisa mendapatkan data manajemen proses. Ke­mudian pembahasan me­ngenai finansial, yang men­jelaskan Financial Strength Level Indicator yang terdiri dari liquidity, solvency, business operating efficiency, dan return.

 

Direktur Utama PEPC Adriansyah berharap ha­sil per­temuan segera ditindak­lanjuti dengan menga­da­kan workshop untuk meng-update yang masih ha­­rus diperbaiki atau dikaji ulang sehingga alignment Hulu khususnya PEPC de­ngan anak perusa­haaan Hu­lu lainnya bisa se­gera ter­capai.•PEPC

Share this post