Seperti tak henti mengukir prestasi, pada 26/3 yang lalu, kembali Pertamina EP (PEP) berhasil menemukan kandungan gas dengan produksi sebesar 16 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan kondensat sebesar 175 barel per hari (BCPD) melalui pengeboran sumur Matindok (MTD)-7. Sumur yang ditajak pada 20 Februari 2014 lalu itu, mencapai kedalaman akhir di 2281 mku (meter kedalaman ukur). Lokasi tersebut merupakan salah satu sumur pengembangan dari Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM), Sulawesi Tengah. Penemuan gas di MTD-7, dan akan menjadi buffer dalam pemenuhan komitmen pasokan gas ke Donggi-Senoro LNG (DSLNG) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Kesuksesan penemuan gas dan kondensat di sumur MTD-7 memiliki nilai tambah lain, karena hidrokarbon tersebut dijumpai pada zona baru, berupa batu gamping platform Formasi Poh. Secara structural formasi ini berada di atas batuan reservoir utama di wilayah kerja Blok Matindok, meliputi lapangan Donggi, Matindok, Maleoraja, dan Minahaki, yaitu Formasi Minahaki. Gas dan kondensat diproduksi pada lapisan penghasil (zona M-52) dengan interval Uji Kandungan Lapisan (UKL) di kedalaman 1.892 s/d 1.910 meter.
“Pengeboran sumur MTD-7 merupakan bagian dari realisasi operasi program pemboran sumur-sumur produksi di lapangan Matindok. Di samping itu, PEP juga akan melakukan pengeboran tambahan 2 sumur lagi, yakni MTD-6 dan MTD-8,” demikian ucap Fuad Nuri, Manager Sub Surface PPGM.
Pertamina EP melaksanakan kegiatan Pengembangan Gas Matindok sebagai upaya memonetisasi gas dari area Matindok sebesar 105 MMSCFD (net) untuk kebutuhan kilang LNG dan PLN. Rencana pasokan ke kilang LNG adalah sebesar 85 MMSCFD serta pasokan untuk PLN sebesar 20 MMSCFD. Untuk mendukung pasokan gas ke konsumen, Pertamina EP juga menyiapkan dua fasilitas produksi atau central processing plant (CPP) di Donggi dan Matindok. Rencananya CPP Donggi akan memasok 50 MMSCFD dan CPP Matindok sebesar 55 MMSCFD.•DIT.HULU