JAKARTA - Untuk memenuhi permintaan pasar domestik atas sulfur dalam negeri, Fungsi Petrochemical Trading Pertamina aktif melakukan jual beli sulfur. Di antaranya adalah produk molten sulphur (sulfur cair) yang pertama kali didatangkan pada pertengahan Juni 2017 di salah satu dermaga Tanjung Priuk.
Kapal perdana yang mengangkut sekitar 9.000 MT Molten Sulphur dari Singapore Refinery Corporation (SRC) melalui Mitsui & Co. ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sulfur cair yang diangkut dengan kapal kargo khusus molten sulphur ‘Sulphur Guardian’ tersebut tiba di terminal dermaga DKP (Dharma Karya Perdana) Tanjung Priok pada Rabu (14/6) malam dan melakukan pembongkaran/discharge ke tangki storage sulphur DKP, pada Kamis (15/6).
Selaku importir, Pertamina membeli molten sulphur dari Mitsui Corporation Jepang secara CFR (Cost and Freight) untuk kemudian disalurkan oleh distributor domestik ke end user sulfur domestik. Kapal Sulfur Guardian merupakan kapal perdana bagian dari kontrak dengan Mitsui hingga akhir 2017 sebanyak 25.000 MT.
Pada tahun 2017, fungsi Petrochemical Trading akan mengimpor molten sulphur sebanyak 35.000 – 45.000 MT. Fungsi Petrochemical Trading juga akan mengimpor granular sulphur sebesar 24.000 MT pada tahun 2017 untuk memenuhi demand dalam negeri.
Manager Aromatic Olefins Pertamina Darius Darwis mengatakan, sebenarnya RU IV Cilacap juga menghasilkan molten sulphur. Namun, jumlah produksinya masih belum banyak. “Produksi sebulan kira-kira masih 750 MT. Namun, karena ada pasar yang bagus, kita mengimpor dalam jumlah yang besar dan untuk pertama kalinya yakni impor sebanyak 9.000 MT molten sulphur,” kata Darius.
Darius menjelaskan, Pertamina sendiri sebelumnya memang pernah melakukan jual beli (trading) sulfur dalam bentuk padat. Sulfur cair cukup diminati oleh pasar karena lebih efisien, tidak perlu mencairkan kembali, bersih, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan granular sulphur. “Walaupun saat ini di Indonesia penggunaan molten sulphur masih lebih rendah dibandingkan granular sulphur karena terbatasnya fasilitas storage dan alat angkut molten sulphur.
Darius juga menjelaskan, prospek bisnis jual beli sulfur ke depannya adalah bisnis yang sangat bagus. Ia menilai komoditas sulfur cukup menjanjikan karena adanya kebutuhan pasar yang banyak dan proyeksi adanya suplai yang melimpah dari Pertamina pasca terselesaikannya proyek NGRR dan RDMP kilang.
“Bisnis sulfur ini adalah bisnis yang sangat bagus, apalagi dengan adanya RDMP & GRR kilang, kita bisa saja tidak hanya importir, namun justru menjadi pemain dan bahkan menjadi eksportir kalau ada peluang pasar yang baik,” pungkas Darius. Pasalnya, melalui proyek kilang RDMP dan NGRR, molten sulphur yang dihasilkan kilang Pertamina diperkirakan dapat mencapai 1,2 juta MT per tahun pada tahun 2025.
Di pasar domestik, kebutuhan sulfur memang terus meningkat terutama sebagai bahan baku pembuatan asam sulfat, alumunium sulfat, fertilizer (pupuk), zat aditif sabun, aditif produk tekstil, serta berbagai produk lainnya.•Starfy