PEPC Terus Kembangkan Potensi Blok Cepu

PEPC Terus Kembangkan Potensi Blok Cepu

13-PEPC TomsJAKARTA - “Produksi dari Banyu Urip ini berkontribusi hampir 20% dari produksi  nasional. Apabila Banyu Urip dikembangkan, gasnya juga dikembangkan, mungkin akan menjadi  blok yang paling produktif di Indonesia, menggantikan Blok Rokan yang ada di Riau.”

 

Hal tersebut dikatakan Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah dalam  media workshop  di Media Center Kantor Pusat Pertamina, Jumat (8/4). Media workshop mengangkat tema  Produksi Migas Blok Cepu Sebagai  Tulang Punggung  Ketahanan Energi Nasional.  Adriansyah didampingi VP Corporate Communication Pertamina Wianda Puspo­negoro dan External Commu­nication Manager Pertamina Ifki Sukarya.

 

Produksi minyak dari Blok Cepu saat ini ada di kisaran 165.000 BOPD, bahkan  sem­pat mencapai 170.000 BOPD. Produksi Blok Cepu  ini menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.

 

Adriansyah pun mem­berikan gambaran tentang per­bedaan PEPC dengan Pertamina EP, PHE dan Pertamina International EP (PIEP), yang lahir belakangan.

 

PEPC berdiri pada 14 Septembr 2005, dan PSC Blok Cepu ditandatangani 17 Septemer 2005. Luas  wilayah kerja PEPC atau Blok Cepu  sekitar 919 km2. Lapangan Banyu Urip  pada produksi puncaknya akan mencapai 165.000 BOPD, dan yang terkini sudah men­capai 170.000-an BOPD. Jumlah ini adalah  sekitar 45% dari total produksi minyak Per­tamina.  “Kita harapkan peak produksinya adalah 3 tahun di POD yang awal, tetapi ada kemungkinan peak produksi akan bertambah panjang,” kata Adriansyah.

 

Makna dari produksi Banyu Urip adalah selama  Banyu Urip berproduksi, ma­ka  produksinya  akan men­­jaga level rata-rata pro­­duksi Pertamina. “Jadi wa­laupun impact-nya tidak ter­lalu besar, tetapi dari sisi kuantitatif cukup besar,” tukas Adriansyah.

 

Catatan lain yang mem­banggakan dari PEPC, sam­pai Maret 2016, jumlah jam kerja PEPC  sudah mencapai 5 juta jam tanpa ada fatality.  “Value nomor satu dari PEPC adalah HSE. Kami berpedoman always safe because we care. Mudah-mudahan kami bisa melanjutkan catatan ini apabila nanti kami juga mengoperasikan Proyek Jam­baran-Tiung Biru,” papar Adriansyah.

 

Kepemilikian untuk Jam­baran -Tiung Biru adalah 41,4% dimiliki Pertamina EP Cepu yang akan bertindak se­bagai operator. ExxonMobil dan Ampolex memiliki 41,4%. Sisanya dimiliki  BUMD 9,2% dan  Pertamina EP memiliki 8%. 

Pemaparan kemudian diikuti dengan diskusi dan tanya jawab dengan war­tawan.•URIP

Share this post