JAKARTA - “Produksi dari Banyu Urip ini berkontribusi hampir 20% dari produksi nasional. Apabila Banyu Urip dikembangkan, gasnya juga dikembangkan, mungkin akan menjadi blok yang paling produktif di Indonesia, menggantikan Blok Rokan yang ada di Riau.”
Hal tersebut dikatakan Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah dalam media workshop di Media Center Kantor Pusat Pertamina, Jumat (8/4). Media workshop mengangkat tema Produksi Migas Blok Cepu Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional. Adriansyah didampingi VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro dan External Communication Manager Pertamina Ifki Sukarya.
Produksi minyak dari Blok Cepu saat ini ada di kisaran 165.000 BOPD, bahkan sempat mencapai 170.000 BOPD. Produksi Blok Cepu ini menjadi tulang punggung ketahanan energi nasional.
Adriansyah pun memberikan gambaran tentang perbedaan PEPC dengan Pertamina EP, PHE dan Pertamina International EP (PIEP), yang lahir belakangan.
PEPC berdiri pada 14 Septembr 2005, dan PSC Blok Cepu ditandatangani 17 Septemer 2005. Luas wilayah kerja PEPC atau Blok Cepu sekitar 919 km2. Lapangan Banyu Urip pada produksi puncaknya akan mencapai 165.000 BOPD, dan yang terkini sudah mencapai 170.000-an BOPD. Jumlah ini adalah sekitar 45% dari total produksi minyak Pertamina. “Kita harapkan peak produksinya adalah 3 tahun di POD yang awal, tetapi ada kemungkinan peak produksi akan bertambah panjang,” kata Adriansyah.
Makna dari produksi Banyu Urip adalah selama Banyu Urip berproduksi, maka produksinya akan menjaga level rata-rata produksi Pertamina. “Jadi walaupun impact-nya tidak terlalu besar, tetapi dari sisi kuantitatif cukup besar,” tukas Adriansyah.
Catatan lain yang membanggakan dari PEPC, sampai Maret 2016, jumlah jam kerja PEPC sudah mencapai 5 juta jam tanpa ada fatality. “Value nomor satu dari PEPC adalah HSE. Kami berpedoman always safe because we care. Mudah-mudahan kami bisa melanjutkan catatan ini apabila nanti kami juga mengoperasikan Proyek Jambaran-Tiung Biru,” papar Adriansyah.
Kepemilikian untuk Jambaran -Tiung Biru adalah 41,4% dimiliki Pertamina EP Cepu yang akan bertindak sebagai operator. ExxonMobil dan Ampolex memiliki 41,4%. Sisanya dimiliki BUMD 9,2% dan Pertamina EP memiliki 8%.
Pemaparan kemudian diikuti dengan diskusi dan tanya jawab dengan wartawan.•URIP