Peresmian Terminal Penerimaan & Regasifikasi LNG Arun

Peresmian Terminal Penerimaan & Regasifikasi LNG Arun

LNG_ArunLHOKSEUMAWE - Pa­da peresmian tersebut, Presiden Jokowi didampingi Menteri ESDM Sudirman Said, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, serta Direktur Utama PT Perta Arun Gas Teuku Khaidir.

 

Presiden meminta agar Terminal Penerimaan dan Regasifikasi LNG Arun ini bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan Sumatera Utara. Terlebih ketersediaan fasilitas di lokasi industri Arun bernilai triliunan yang sudah berjalan lama sejak tahun 1970-an. Menurutnya, pengentasan kemiskinan bisa dijalankan jika industri energi gas dapat dikembangkan serta dikelola dengan baik.

 

“Aset yang sudah la­ma ini dapat mendorong industri untuk masuk ke Lhok­seumawe, karena la­han­nya siap dan energinya telah tersedia. Sehingga masalah pengangguran dan kemiskinan dapat diatasi de­ngan pengembangan ka­­wasan industri. Dengan demikian gas yang dari Aceh tidak hanya bagi wilayah­nya saja, akan tetapi bagi kepentingan Sumatera Utara,” ungkap Jokowi.

 

Direktur Utama PT Perta­mina (Persero), Dwi Soetjipto menyambut harapan Presiden Jokowi. Menurutnya selain melakukan regasifikasi, Terminal Arun ini diharapkan dapat mengelola bisnis LNG hub. Untuk memenuhi target itu, terminal ini diran­cang dengan kapasitas pe­nyimpanan tanki LNG men­capai 12 juta ton/tahun dan produksi  400 MMSCFD.

 

Ia menyatakan bahwa kebutuhan pasokan gas di Indonesia meningkat sekitar 5,2 persen, padahal pasokan masih defisit baik di Jawa dan Sumatera disebabkan keterbatasan infrastruktur. “Kelak pemanfaatannya tidak hanya untuk mendukung pengurangan penggunaan BBM bersubsidi sebagai bahan bakar pembangkit listrik PLN yang terkoneksi di pulau Sumatera, tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan gas untuk industri di Aceh dan Sumatera Utara,” jelas Dwi saat mendampingi Presiden RI di Lhokseumawe, Aceh Utara.

 

Sebagai perusahaan BUMN energi nasional, jelas Dwi, Pertamina berkomitmen kuat untuk senantiasa mengembangkan infrastruktur yang diperlukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan menjaga ketahanan energi nasional. Bahkan pada 2025 mendatang diperkirakan permintaan gas Indonesia dapat mencapai hingga 9.040 MMSCFD.

 

Berbagai inisiatif telah dilakukan Pertamina, mulai dari perencanaan proyek berbagai infrastruktur gas hingga mencari sumber-sumber gas untuk kepastian keekonomiannya, termasuk yang bersumber dari impor.

 

“Kami tentu saja sangat memerlukan dukungan dari pemerintah untuk memastikan ketersediaan pasokan gas, khususnya dari sumber dalam negeri untuk berbagai proyek yang dikembangkan Pertamina dan anak perusahaan di masa yang akan datang. Kami akan terus bekerja keras untuk mewujudkan berbagai program yang sudah direncanakan, termasuk di dalamnya penciptaan pasar sehingga penggunaan energi gas lebih masif.”

 

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Gas (Pertagas), Hendra Jaya, memastikan dalam pekan ini anak perusahaan Pertagas, PT Perta Arun Gas akan menyelesaikan proses regasifikasi LNG ke Gas Alam dan akan menyalurkan gas tersebut ke Pembangkit Listrik PLN Arun yang berlokasi di Aceh Utara sehingga mempercepat pemulihan krisis listrik di Aceh.

 

Gubenur Nanggroe Aceh Darussalam, Zaini Abdullah, berharap peran baru Terminal Arun akan menjadi pilar penting yang mendukung peningkatan ekonomi Aceh. Proyek tersebut memberikan kepastian dan keyakinan bahwa Arun tidak akan berakhir, karena komitmen Pemerintah untuk terus memanfaatkan fasilitas Arun.•EGHA

Share this post