MAJALENGKA – PT Pertamina (Persero) bersama dengan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan Toyota Motor Corporation (TMC), pada Kamis (6/10), melakukan panen perdana Rumput Gajah (Napier Grass) generasi pertama yang akan dikembangkan untuk kajian pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN). Penanaman yang merupakan pilot project di lahan seluas 7 hektar di Jatitujuh, Majalengka, Jawa Barat menggunakan lahan milik PT PG Rajawali II, yang merupakan anak perusahaan PT RNI.
Kolaborasi ini bagian dari dukungan tiga pihak, yakni Pertamina sebagai produsen BBM, Toyota Motor Corporation sebagai pabrikan serta RNI selaku pengelola perkebunan dalam menyukseskan target bauran energi nasional untuk energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan merealisasikan mandat pemerintah mewajibkan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai campuran bahan bakar minyak.
“Sebagai langkah awal, kita menggunakan lahan seluas 7 Hektar untuk demo percobaan menanam dan panen yang dilakukan per empat bulan. Nanti saat masuk skala komersial, kita akan menggarap 8.000-9.000 Ha,”ungkap oleh Vice President Clean Energy Tech. Development Pertamina Moch. Taufik Afianto dalam kesempatan panen perdana rumput gajah di lahan PT PG Rajawali II di Jatitujuh, Majalengka.
Turut hadir dalam panen perdana tersebut Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi RNI Agung P. Murdanoto, Senior Managing Executive Coordinator TMC Kazushi Takahashi, Direktur Keuangan PT PG Rajawali II Heru Mulyono dan Direktur Produksi PT PG Rajawali II Bambang Ekadarutama.
Untuk keberlangsungan proyek ini, Taufik mengharapkan dukungan penuh dari para pemangku kepentingan. Dari pemerintah berupa insentif atau subsidi untuk membayar selisih antara harga indeks bioethanol dengan harga gasoline, dukungan Direktorat Pemasaran Pertamina untuk kesediaannya mem-blending bioethanol dengan gasoline, serta dukungan investor untuk membantu pendanaan investasi bioethanol sehingga lebih menarik.
“Pengembangan bioethanol ini menjadi salah satu bukti dukungan Pertamina pada program pemerintah menuju kemandirian energi Indonesia. RNI sendiri sudah memiliki pabrik bioethanol di Palimanan dan di Yogya. Dengan adanya kemitraan tersebut, maka akan menambah pasokan bioethanol sehingga harga akan lebih kompetitif,” ungkap Agung P. Murdanoto.
Sejak 2015, Pusat Penelitian Agro milik PT PG Rajawali II Cirebon telah menyiapkan lahan seluas 7 ha di HGU PG Jatitujuh, Majalengka, untuk keperluan riset pengembangan tanaman yang berpotensi sebagai sumber energi. Pemanfaatan rumput gajah tidak terlepas dari kandungan biomassa yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai salah satu bahan pembuat biofuel. “Target yang kita harapkan, produksi rumput gajah ini 70 hingga 80 ton per hektar,” lanjutnya.
Sementara itu, menurut Kazushi Takahashi, bago Toyota, Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar dan sangat penting dalam pengembangan bisnisnya. Toyota mendukung penuh terhadap pengembangan bioethanol karena di Jepang, Toyota telah menjadikan rumpuh gajah sebagai bahan dasar dari produk Bioethanol.
“Kolaborasi ini adalah sebuah bisnis yang menjanjikan. Mobil produksi Toyota sendiri sudah sesuai untuk menggunakan bahan bakar hasil blending bioethanol dan gasoline,” ungkap Kazushi. Penggunaan bioethanol sebagai bahan bakar terbarukan ini turut mewujudkan energi bersih.
Panen perdana ini merupakan milestone bagi semua pihak yang terlibat. Apabila dari hasil pilot project dan kajian bersama tersebut menunjukkan hasil yang positif, diharapkan kerja sama ini dapat berlanjut ke tahap selanjutnya. •IRL