Pertamina, RNI & Toyota Motor Corporation Kembangkan Bahan Baku Nabati

Pertamina, RNI & Toyota Motor Corporation Kembangkan Bahan Baku Nabati

17-panen RNIMAJALENGKA – PT Perta­mina (Persero) bersama de­ngan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan To­yota Motor Corporation (TMC), pada Kamis (6/10), me­lakukan panen perdana Rum­put Gajah (Napier Grass) ge­nerasi pertama yang akan dikembangkan untuk kajian pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN). Penanaman  yang merupakan pilot project di lahan seluas 7 hektar di Jatitujuh, Majalengka, Ja­wa Barat menggunakan lahan milik PT PG Rajawali II, yang merupakan anak per­u­­sahaan PT RNI.

 

Kolaborasi ini bagian dari du­kungan tiga pihak, yakni Pertamina sebagai produsen BBM, Toyota Motor Corporation sebagai pabrikan serta RNI selaku pengelola perkebunan dalam menyukseskan target bauran energi nasional untuk energi baru dan terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025 dan merealisasikan mandat pe­merintah mewajibkan pe­manfaatan bahan bakar nabati sebagai campuran bahan bakar minyak.

 

“Sebagai langkah awal,  kita menggunakan lahan seluas 7 Hektar untuk demo per­cobaan me­na­nam dan panen yang dila­kukan per empat bulan. Nanti saat masuk skala komersial, kita akan menggarap 8.000-9.000 Ha,”ungkap oleh Vice President Clean Energy Tech. Development Pertamina  Moch. Taufik Afianto dalam kesempatan panen perdana rumput gajah di lahan PT PG Rajawali II di Jatitujuh, Majalengka.

 

Turut hadir dalam panen perdana tersebut Direktur Pengembangan Usaha dan Investasi RNI Agung P. Murdanoto, Senior Managing Executive Coordinator TMC Kazushi Takahashi, Direktur Keuangan PT PG Rajawali II Heru Mulyono dan Direktur Produksi PT PG Rajawali II Bambang Ekadarutama.

 

Untuk keberlangsungan proyek ini, Taufik meng­harapkan dukungan penuh dari para pemangku ke­pentingan. Dari pemerintah berupa insentif atau sub­sidi untuk membayar se­lisih antara harga indeks bioethanol dengan harga gasoline, dukungan Direktorat  Pemasaran Pertamina  untuk kesediaannya mem-blending bioethanol dengan gasoline, serta dukungan investor untuk membantu pendanaan in­vestasi bioethanol se­hing­ga lebih menarik.

 

“Pe­ngembangan bio­etha­nol ini menjadi salah satu bukti dukungan Pertamina pada program pemerintah menuju kemandirian energi Indonesia. RNI sendiri sudah memiliki pabrik bioethanol di Palimanan dan di Yogya. Dengan adanya kemitraan tersebut, maka akan menambah pasokan bioethanol sehingga harga akan lebih kompetitif,” ung­kap Agung P. Murdanoto. 

 

Sejak 2015, Pusat Pe­nelitian Agro milik PT PG Rajawali II Cirebon telah menyiapkan lahan seluas 7 ha di HGU PG Jatitujuh, Majalengka, untuk keperluan riset pengembangan tanaman yang berpotensi sebagai sumber energi. Pemanfaatan rumput gajah tidak terlepas dari kandungan biomassa yang tinggi sehingga cocok digunakan sebagai salah satu bahan pembuat bio­fuel. “Target yang kita ha­rapkan, produksi rumput ga­jah ini 70 hingga 80 ton per hektar,” lanjutnya.

 

Sementara itu, menurut Kazushi Takahashi, bago Toyota, Indonesia merupakan pangsa pasar yang besar dan sangat penting dalam pengembangan bisnisnya. Toyota mendukung penuh terhadap pengembangan bio­ethanol karena di Jepang, Toyota telah menjadikan rum­puh gajah sebagai bahan dasar dari produk Bioethanol.

 

“Kolaborasi ini adalah se­buah bisnis yang menjanjikan. Mobil produksi Toyota sen­diri sudah sesuai untuk meng­gunakan bahan bakar hasil blending bioethanol dan gasoline,” ungkap Ka­zushi. Penggunaan bio­ethanol sebagai bahan ba­kar ter­barukan ini turut me­wujudkan energi bersih.

 

Panen perdana ini me­rupakan milestone bagi se­mua pihak yang terlibat. Apabila dari hasil pilot project dan kajian bersama ter­sebut  menunjukkan hasil yang positif, diharapkan kerja sa­ma ini dapat berlanjut ke tahap selanjutnya. •IRL

Share this post