MIAMI, AS - Julukan tersebut disampaikan oleh Nick Black dari Argus Media pada saat Roundtable session yang diadakan World LPG Association (WLPGA) pada 28-30 Oktober 2014 di Miami, Amerika Serikat. Forum ini merupakan 27th World LP Gas Forum & 29th AIGLP Congress yang merupakan acara paling bergengsi di LPG global dan diikuti oleh peserta dari berbagai negara didunia yang terdiri dari berbagai latar belakang peserta dari berbagai negara mulai dari produsen, akademisi, trader.
Posisi Pertamina sebagai “Golden Boy” LPG Dunia semakin mantap dengan tetap dikukuhkannya Pertamina sebagai Dewan Direksi (Board Member) dan Anggota Industry Council dari Asosiasi tertinggi di bidang LPG ini. WLPGA hanya menunjuk tiga Board Member terpilih, yaitu Pertamina, Ultragaz - Brazil dan SK Gas – Korea Selatan.
Pertamina dikukuhkan sebagai salah satu Board Member dalam rapat General Assembly WLPGA yang menempatkan Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya, sebagai anggota Board Member untuk periode 2014-2015. Posisi ini merupakan penugasan di tahun kedua kepada Pertamina dalam menentukan kebijakan Asosiasi LPG ini secara global termasuk rencana pembentukan LPG Academy bekerja sama dengan Pertamina Corporate University. Pembentukan LPG Academy dimulai dari training LPG Downstream Excellence yang dilaksanakan pada Desember 2014 nanti.
Pertamina juga didaulat untuk menjadi salah satu panelis dalam Roundtables Discussion dengan tema What Price? yang dimoderatori oleh Nick Black dari Argus Media. SVP Non Fuel Marketing, Taryono, dalam paparannya menyampaikan tentang kondisi lonjakan demand LPG di Indonesia yang mengakibatkan meningkatnya pemenuhan supply LPG dari impor. Disampaikan pula betapa tergantungnya harga LPG terhadap harga minyak dunia dan kurs dolar, sehingga menyebabkan tingginya biaya subsidi. Hal tersebut diyakini juga dialami oleh negara-negara dunia ketiga lainnya yang menjadi importir LPG. Paparan ditutup dengan perlunya bantuan dari asosiasi seperti WLPGA sebagai influencer untuk menciptakan harga LPG global yang lebih baik.
Penemuan shale gas di Amerika juga masih menjadi topik hangat di forum. Dengan shale gas tersebut, diprediksi Amerika akan menjadi eksportir LPG terbesar dunia mulai tahun 2014 hingga 2020 dan akan terjadi surplus LPG pada periode tersebut sehingga diharapkan harga LPG menjadi lebih kompetitif. Selesainya peningkatan kapasitas Terusan Panama juga menjadi pemicu kompetitifnya harga LPG khususnya di Asia dimana waktu tempuh VLGC dari Amerika ke Asia dapat dipersingkat dari 41 hari menjadi 25 hari.
Posisi aktif Pertamina dalam Forum tersebut semakin nyata dengan terpilihnya karya-karya Pertamina selama 2 tahun berturut-turut dalam Global Technology Conference yang mengkhususkan pada teknologi-teknologi baru terkait dengan penggunaan LPG sebagai bagian dari kehidupan. Dalam kegiatan tersebut dipamerkan 30 karya tulis tentang perkembangan LPG saat ini, termasuk di antaranya 2 dari Pertamina, yaitu Minimize Losses of Propane and Butane in Marine Loading Arm (MLA) by Modifying the Pipeline oleh Heri Supriadi, Sonny Nova Saputra, Muhammad Rizal, Agus Santosa, Helmi Gumilang, Nyco T.A.L Tobing (QCC Flare – Tg. Uban) dan LPG Valve Modification in Indonesia in Order to Increase Profit & Improve Safety oleh Firman Febrianto & Bayu Prasetyo (Domestic Gas HQ).•DOMGAS