MEDAN - Untuk mewujudkan human capital readiness di tahun 2025, Pertamina akan menerapkan program akselerasi pekerja muda agar dapat mengisi gapmiddle management. Hal tersebut disampaikan Direktur SDM & Umum Pertamina Dwi Wahyu Daryoto pada saat talkshow, Selasa, (27/1) di Ruang Serba Guna Kantor Marketing Operation Region (MOR) I Medan.
“Komposisi SDM Pertamina saat ini seperti ada lembah yang dalam di tengah. Pertamina kekurangan pekerja berusia menengah atau di antara yang muda dan yang tua,” ungkapnya kepada peserta talkshow yang dihadiri manajemen, pekerja setingkat asisten manager, dan anggota Pertamina Young Employees Forum (PYEF) MOR I.
Daryoto menyebutkan langkah tersebut diambil mengingat target merekrut pekerja fresh graduate dan experience tetap akan sulit memenuhi gap tersebut. “Kebutuhan tahun ini saja 1.500 tenaga fresh graduate
dan experience, sangat sulit mencari tenaga sebesar itu dalam satu tahun,”tegasnya. Untuk itulah, lanjutnya, akselerasi dari human capital yang ada saat ini adalah salah satu jawabannya.
Akselerasi tersebut dilakukan melalui peningkatan kapasitas, kapabilitas, dan transfer knowledge. Hal tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam terobosan program-program akselerasi human capital.
Salah satunya, dengan melibatkan para pekerja muda untuk ikut bertanggung jawab penuh dalam memimpin sebuah proyek manajemen. Bahkan, bisa dilakukan dengan melakukan program magang di lintas fungsi. “Dengan begitu, siapa yang selama ini bekerja di keuangan misalnya, jadi tahu juga apa kerjaan di external relations,” paparnya.
Daryoto juga memandang untuk mencapai world class human capital readiness diperlukan world class man power readiness terlebih dahulu. Saat ini, dengan gap yang masih besar tersebut, fokus manajemen human capital Pertamina harus diupayakan dan didorong untuk mencapai world class man power readiness. “Sebab, rumus human capital readiness adalah man power readiness dikalikan kompetensi. Jadi sebelum berbicara human capital readiness, man power readiness-nya itu harus beres,” jelasnya pada acara yang dimoderatori oleh GM MOR I Jumali tersebut.
Acara ini diikuti secara antusias oleh seluruh peserta. Sejumlah isu lain terkait human capital terlontar dalam diskusi tersebut. Mulai perbandingan antara budaya BUMN dengan budaya swasta, kompetensi pekerja, Individual Development Plan (IDP), kecocokan latar belakang pekerja dengan pekerjaan, bonus dan insentif, asset management, hingga kesiapan standar layanan untuk pekerja mutasi yang belum tersistem dengan baik dan masih terjadi di unit operasi.•MOR