Jakarta – Kesuksesan pembangunan ekonomi dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat berbanding lurus dengan kebutuhan konsumsi energi. Di sisi lain, cadangan energi migas dalam negeri yang hingga kini masih menjadi tumpuan penggerak roda ekonomi Indonesia semakin menipis. Atas dasar fakta tersebut maka kebijakan kemandirian dan ketahanan energi anak negeri dikalkulasi. Karena itu upaya Pertamina berekspansi ke luar negeri secara selektif, taktis, dan prudent melalui strategi anorganik (akuisisi dan participating interest/PI) merupakan keniscayaan untuk kelangsungan pembangunan bangsa.
Maka, pasca kesuksesan mengakuisisi Blok 405A milik Conoco Phillips Algeria Limited (COPAL) November 2013 dengan tiga lapangan yakni: Menzel Ledjmet North (Pertamina menjadi operator dengan saham sebesar 65%), El Mark (16,9%) dan Ourhoud (3,7%), serta membeli 10% saham milik Exxon Mobile Iraq Limitid (EMIL) Blok West Qurna – 1 Irak di 2014, Pertamina pada 29 Januari 2015 kembali mengakuisisi 30% saham milik Murphy Sabah Oil Co Ltd dan Murphy Sarawak Oil Co Ltd anak perusahaan Murphy Oil Corporation yang memiliki lapangan migas di lepas pantai Sabah dan Sarawak. “Sebenarnya, awal inisiasinya kita mulai 3 Maret 2014 dari penawaran bidding round Murhpy yang memegang enam blok migas di lepas pantai Malaysia,” ungkap Nanang Abdul Manaf, Vice President Business Initiatives & Valuation yang merangkap sebagai Direktur PT Pertamina Malaysia EP (PMEP) saat wawancara, Rabu lalu (11/2).
Menurut Nanang tawaran tersebut langsung direspon oleh fungsi Upstream Business Development (UBD) yang mengelola bisnis Asset Hulu di luar negeri dengan mengadakan UBD Forum. Forum tersebut dimaksudkan untuk melihat kelayakan daerah yang ditawarkan, serta menentukan strategi langkah tindak lanjut dengan melibatkan Komite Teknis Pengembangan Usaha Hulu (KTPUH) dan manajemen Direktorat Hulu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan due deligence dan melihat data terutama data seismic dan pengeboran. “Setelah itu semua, baru kita membuat Sale Purchase Agreement (SPA) dan melakukan pembayaran down payment (DP) sebesar 10% dari total transaksi pada September 2014. Berikutnya di akhir Desember 2014 yang lalu kita sudah melunasi sisa yang 20 % lagi,” imbuh Nanang mewartakan keberhasilan proses akuisisi itu.
Secara geografis tiga blok migas dari keenam blok yang diakuisisi tersebut, yakni Blok K, Blok H, dan Blok P terletak sekitar 150 kilometer di kawasan offshore Sabah, sedangkan tiga blok lainnya, yaitu Blok SK 309, SK 311, dan SK 314A berlokasi sekitar 100 kilometer lepas pantai Sarawak. “Status keenam blok tersebut agak unik, karena ada yang sudah berproduksi, masih tahap pengembangan, dan eksplorasi,” terang Nanang.
Lebih lanjut Nanang menambahkan bahwa blok-blok yang sudah berproduksi adalah Blok K, Blok SK 309, dan Blok SK 311, sedangkan Blok P masih dalam tahap pengembangan. Sementara itu, dua blok lainnya yakni Blok H dan SK 314A merupakan blok eksplorasi. “Produksi Nett Share Gross blok lepas pantai Sabah dan Sarawak tersebut mencapai 43.000 s/d 45.000 barel setara minyak per hari (BOEPD). Diproyeksikan pada 2018, dari kawasan offshore Malaysia ini kita mampu menyumbang migas sebanyak 50.000 BOEPD untuk memperkuat stok kebutuhan energi dalam negeri,” ujar Nanang.
Setelah mengakuisisi 30% saham Murphy yang ada di Malaysia, Pertamina melalui PMEP akan mendirikan kantor cabang di Kuala Lumpur, Malaysia serta menempatkan beberapa pekerja staf sesuai kebutuhan seperti Country Manager, Staf Comercial, General Support, dan Operation. “Kita mengetahui asset ini strategis serta memberikan impact yang signifikan terhadap produksi dan finansial. Karena itu, kita ingin bergerak sebagai mitra yang aktif, bukan silent partner supaya bisa memberikan keuntungan optimal untuk perusahaan,” pungkas Nanang menutup pembicaraan.•DIT.HULU\