JAKARTA - Pertamina dan ExploRE menggelar rapat pembukaan untuk dimulainya studi bersama produksi hidrogen hijau dengan energi panas bumi untuk aplikasi di pasar domestik dan internasional. Rapat ini digelar secara virtual pada Kamis, 2 September 2021.
Rapat ini dibuka oleh Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Andriah Feby Misna. Ia mengatakan kegiatan ini sangat membantu Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan hidrogen hijau dalam rangka mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 41% hingga 2030.
Pemerintah Indonesia berupaya mencapai target ini salah satunya melalui implementasi proyek kerja sama antara Kementerian ESDM c.q. Direktorat Jenderal EBTKE dan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir (BMU) Pemerintah Jerman c.q Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) melalui kerangka kerja proyek Strategic Exploration of Economic Mitigation Potentials through Renewables (ExploRE). Proyek ExploRE memiliki konsentrasi pada pengembangan strategi dan opsi pemanfaatan energi terbarukan.
“Kerja sama dengan ExploRE ini merupakan salah satu upaya kita untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 398 juta ton CO2 di tahun 2030. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan menjadi andalan di sektor energi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan hidrogen hijau memiliki peranan penting. Tentunya Pertamina di bidang energi memiliki komitmen yang kuat untuk mendorong energi bersih, sudah sewajarnya mampu memainkan peranan penting dalam pengembangan EBT termasuk hidrogen,” ujarnya.
Direktur Panas Bumi Dirjen EBTKE Harris menyatakan dukungannya terhadap kegiatan ini. Ia berharap setelah ini akan ada tindak lanjut agar Indonesia bisa mencapai target untuk net zero emission pada 2060.
“Kami siap untuk bisa berpartisipasi. Mungkin nanti akan ada semacam kajian atau ada pelatihan-pelatihan bukan hanya Direktorat Jenderal EBTKE yang dilibatkan, tetapi juga mungkin dari pusat PPSDM KEBTKE juga perlu mendapatkan pembekalan-pembekalan terkait dengan teknologi-teknologi yang baru. Tujuannya pada saat memberikan pembekalan, pelatihan berikutnya mereka juga tidak ketinggalan,” jelasnya.
Vice President Downstream Research and Technology Innovation Pertamina Andianto Hidayat berharap hasil studi ini bisa dimanfaatkan oleh Pertamina untuk pemahaman dan pembelajaran selanjutnya.
“Kami harapkan studi bersama ExploRE ini bisa memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dari sisi kebijakan, kalau dari sistem kita sudah siap dan tinggal implementasi. Di luar sudah banyak provider yang siap membantu mulai dari teknologi pembangkitannya, geotransmisinya, transportasinya sudah ada tinggal kita nanti mengambil mana yang paling tepat dan efisien,” tutupnya.
Menurut Principal Advisor GIZ untuk Proyek ExploRE, Dody Setiawan, impact yang ingin dicapai oleh ExploRE adalah kebijakan energi yang koheren yang tentunya dapat berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Kajian produksi hidrogen hijau ini dimulai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pertamina dan ExploRE pada Januari 2021.
“Kami berharap kajian ini dapat memberikan wajah baru untuk hidrogen hijau itu sendiri karena Indonesia memiliki sumber daya yang unik dan tidak dimiliki oleh semua negara, yaitu energi panas bumi dengan baseload yang tidak intermittent yang dapat digunakan untuk produksi hidrogen."
Dengan adanya kerja sama dengan pemerintah melalui Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM dan Pertamina, ia berharap hal ini dapat mendorong pengembangan hidrogen hijau yang ada di Indonesia *IDK/PW/IN