Pertamina dan PIM Tandatangani Nota Kesepahaman

Pertamina dan PIM Tandatangani Nota Kesepahaman

Untitled -12Jakarta - Bertempat di   Executive Lounge Lantai M Kantor Pusat Perta­mi­na, Senin (7/11), telah ditan­datangani Nota Ke­se­pahaman antara PT Pertamina (Persero)de­ngan Pupuk Iskandar Muda (PIM) tentang kerja sama penyediaan gas dan pengembangan pe­manfaatan produk ser­ta fa­silitas produksi. Pe­nan­datanganan dilakukan oleh Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani dan Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda Ahmad  Fadhil, disaksikan oleh Direktur Investasi PT Pupuk Indonesia Gusrizal.

 

Yenni Andayani me­nyatakan, penandata­ngan­an ini me­rupakan salah satu upa­ya mencari terobosan (break­through) dalam hubungan kedua belah pihak secara umum. ”Saya kira  yang pa­ling penting adalah Nota Kesepahaman ini tidak hanya membatasi masalah pada jual beli gas saja. Tetapi yang lebih penting ialah bagaimana kita bisa mengembangkan upaya bersama-sama su­paya kedua belah pihak bi­sa mendapatkan win-win solutions dari situasi yang di­hadapi saat ini,” kata Yenni.

 

Yenni melihat, tuntutan ten­tang harga gas dari ka­langan industri  memang sa­ngat menantang, baik untuk penjual gas maupun produser. “Tetapi apabila ada potensi pengembangan usaha, maka bisa kita lihat secara holistik,” tegasnya.

 

Karena itu, Yenni berharap kesepakatan ini bisa menjadi landasan  untuk ke depannya untuk kerja sama serupa dengan pabrik pupuk yang lainnya.

 

Ia pun memahami, pabrik pupuk bukan hanya butuh gas sebagai bahan bakar, tetapi juga sebagai pengembangan industri petrochemical.

 

Sementara itu, Direktur Inves­tasi PT Pupuk Indonesia Gusrizal   mengatakan pe­nan­­datanganan kese­pa­katan ini merupakan milestone bagi kedua belah pihak, Pertamina dan PIM, sekaligus bentuk sinergi BUMN. Gusrizal mengakui, Pupuk Indonesia sekarang menghadapi masa-masa  yang berbeda dengan sebelumnya, bukan hanya industri pupuk saja,  tetapi semuanya termasuk  industri minyak dan gas.

 

Gusrizal menyebutkan ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam bisnis gas ini, khususnya menyangkut harga gas.  Pertama, business to business (B to B). Kedua, dengan jaringan pemerintah. Ketiga, penggunaan LNG. Keempat, impor gas.  “In­tinya, bagaimana menurunkan harga gas. Memang bukan pekerjaan yang mudah, karena terkait juga dengan keekonomian dari sisi  pemasok gasnya. Dan yang paling penting juga  adalah pendapatan negara,” kata Gusrizal.

 

Menurutnya, yang terpen­ting Pupuk Indonesia bisa mendapatkan gas dengan harga yang kompetitif. ”Se­hing­ga produk kami bisa berkompetisi,” jelas Gusrizal. Ditegaskan bahwa in­dustri pupuk tak pernah bi­sa jauh dari pemasok gas. Karena itu pilihan kerja sama dengan Pertamina menjadi pilihan terbaik.•URIP

Share this post