JAKARTA – PT Pertamina (Persero) secara resmi melakukan penandatanganan kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara X (PTPN) berkaitan dengan pengembangan bisnis biofuel secara terintegrasi. Kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur PIMR Pertamina, M. Afdal Bahaudin dan Direktur Pemasaran & Perencanaan Pengembangan PTPN X, Mochamad Sulton.
New & Renewable Business Development Manager Pertamina, Toto Nugroho, mengatakan, bahan bakar fosil Indonesia ke depan akan mengalami tantangan terbesar. Proyeksi produksi minyak bumi Indonesia terus menurun. Sedangkan konsumsi terus meningkat hingga hampir 6 persen setiap tahunnya. “Bila diproyeksikan, pada tahun 2020 hampir 1 juta barel kita harus impor,” ungkap Toto di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, pada Kamis (17/4).
Sesuai dengan visi misi Pertamina sebagai energy company, kerja sama antara dua BUMN ini memiliki fungsi strategis. Menurutnya, integrasi merupakan salah satu peran utama dalam melakukan hubungan kerja sama. Sebab, dari skema bisnis baik bioethanol maupun biofuel harus segera diintegrasikan secara optimal. Misalnya, dari segi marketing, teknologi, dan plantation. “Sebagai gambaran, bioethanol menggunakan upgrade gas dengan kapasitas 76 ribu untuk 7.000 hektar,” pungkasnya.
Upaya tersebut sesuai dengan mandat pemerintah yang mengharuskan Pertamina mencampur bioethanol sebesar 0.5 persen sampai 1 persen di tahun ini, dan 1 sampai 2 persen untuk tahun 2015. Oleh sebab itu, biofuel menjadi salah satu alternatif energi di masa yang akan datang. “Karena 15 persen dari oil demand kita berasal dari biofuel,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Pemasaran dan Perencanaan Pengembangan PTPN X, Mochamad Sulton, berharap kerja sama yang dijalin bersama Pertamina ini bisa berjalan dengan baik. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat, Pertamina dengan kami ada sinkronisasi agar sejalan dan sinergi,” ungkap Sulton.
Menurutnya, sinergi kedua BUMN ini memiliki kemampuan yang saling berhubungan terkait energi terbarukan. Sehingga dapat mempertajam kemampuan memproduksi bioethanol dengan lebih besar lagi.
Dalam rangka pengembangan bioenergi, President Director PT Energi Agro Nusantara (ENERO), Agus Budi Hartono, menegaskan bahwa masa depan Indonesia tidak terlepas dari bioethanol karena lifting angkanya yang terus menurun. Selain itu, biofuel ini memberi kesempatan untuk mendapatkan energi tanpa harus melakukan impor.
Sebagai contoh, kata Agus, Indonesia ini harus bisa seperti Brazil dan Amerika. Kedua negara itu memiliki fasilitas bioenergi yang sangat besar. Dengan demikian bisa menghasilkan economics of skill yang tinggi. “Sehingga harganya lebih murah bila dibanding kita. Kemandirian energi itu bisa, asal ada kemauan,” jelas Agus. Dirinya berharap dari pengembangan bioenergi ini, bisa menggantikan subsitusi impor sekaligus menghemat devisa negara.•EGHA