JAKARTA - PT Pertamina (Persero) bersama Yayasan Layanan Konsumen Indonesia (YLKI) menggelar Focus Group Discussion Pelaksanaan BBM Satu Harga di kawasan Indonesia Timur, khususnya di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara. Acara diadakan di Hotel Arya Duta, Jakarta pada Selasa (25/09/2018).
FGD ini bertujuan untuk mencari solusi atas persoalan yang terjadi di lapangan terkait pemberlakuan program BBM Satu Harga, mulai dari proses distribusi, biaya angkut, kondisi penyalur, hingga tingkat kepuasan konsumen.
Sebelumnya YLKI telah melakukan pemantauan langsung ke beberapa titik penyaluran BBM Satu Harga yang ada di Papua, Papua Barat, Maluku dan Maluku Utara.
Menurut Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi, dari pemantauan YLKI selama ini, ada poin menarik yang perlu dicermati dengan terbiasanya warga Papua dengan harga BBM mahal.
“Selain pola distribusi yang sangat rumit dan biaya angkut yang super mahal, warga Papua sebenarnya sudah terbiasa dengan BBM yang dikendalikan atau dibatasi. Bahkan warga papua sudah familiar dengan BBM berkualitas, ” jelas Tulus.
Namun demikian, Tulus menggarisbawahi, dalam kebijakan BBM Satu Harga, Pertamina sangat membutuhkan dukungan multi stakeholders untuk mensukseskan program ini. Karena BBM Satu Harga merupakan keadilan energi untuk konsumen indonesia.
Hal senada disampaikan Zibali Hisbul Masih sebagai Project Coordinator BBM Satu Harga Pertamina. "Kami berupaya sebaik mungkin untuk menyukseskan program ini ealaupun tantangan yang dihadapi tidak sedikit. Adanya FGD ini sangat membantu Pertamina dalam proses penyaluran BBM terutama untuk daerah papua,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, hadir perwakilan dari Kementerian ESDM serta perwakilan dari beberapa Pemda tempat pelaksanaan BBM Satu Harga di Indonesia Timur.*EKA