BANYUWANGI - PT Pertamina EP Asset 4 bersama 13 Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menandatangani Prosedur Tetap (Protap) Penanggulangan Tumpahan Minyak.
Penandatanganan tersebut merupakan inisiasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam rangka meningkatkan kemampuan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menanggulangi kejadian tumpahan minyak. Acara ini juga diisi dengan latihan gabungan penanggulangan tumpahan minyak di Banyuwangi, Jawa Timur (11/3).
"Target produksi yang ditetapkan oleh pemerintah dan rencana SKK Migas menuju produksi minyak 1 juta BOPD di 2030 jangan sampai mengabaikan aspek Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lindungan Lingkungan (K3LL). Untuk itulah SKK Migas merumuskan Protap ini agar potensi risiko kecelakaan kerja dapat dihindari dan diminimalkan dampaknya,” ujar Deputi Operasi SKK Migas, Julius Wiratno.
Hal senada disampaikan Asset 4 General Manager PT Pertamina EP, Agus Amperianto. “Protap ini sangat diperlukan sebagai langkah antisipatif jika terjadi operation failure di laut kita sebagai KKKS tahu harus berbuat apa dan kemana harus berkordinasi,” ujarnya.
Agus menambahkan, di area Asset 4 Poleng Field, 90% area operasinya berada di laut. Poleng Field memproduksi Minyak sebesar 2.754 BOPD atau 102,85% dari target dan Gas 4.050 MMscfd atau 101.08% dari target yang diperoleh dari platform BW, CW, dan DW dengan 9 sumur produksi yang berada di laut Jawa. “Karena itu, kami merasa Protap ini sangat penting agar kami bisa berkordinasi dengan KKKS dan instansi lainnya lebih mudah,” jelas Agus.
Terlebih, lanjut Agus, dalam kondisi migas global yang sedang turun, maka sinergi dan kordinasi antara SKKMigas dan KKKS serta instansi lain menjadi salah satu upaya agar industri hulu migas di Indonesia bisa bertahan dan bisa memberikan kontribusi maksimal kepada perekonomian Indonesia.
"Sebagai pejuang energi, kita harus terus melakukan inovasi untuk kemajuan perusahaan. Kita patuhi aturan yang ada, kita implementasikan rencana yang sudah disusun, buat skala prioritas dan lakukan inovasi. Insyaa Allah industri hulu migas ini masih bisa menjadi penggerak perekonomian Indonesia,” ujar Agus optimis.*PEP