Pertamina EP : Transfer Teknologi Demi Keunggulan Operasi


BANDUNG - Selaku pengelola sebagian besar asset produksi kategori sepuh, kebijakan operation excellence merupakan keniscayaan yang harus diejawantahkan oleh PT Pertamina EP (PEP). Dalam paradigma itu, fungsi Drilling & Workover (DWO) PEP menyelenggarakan acara Transfer of Technology Days 2018 pada 24-26 Oktober 2018, yang dikonsentrasikan di Bandung. Pranefo Ma’aruf, VP DWO PEP, dalam sambutannya mengatakan dari berbagai kegiatan industri hulu migas, DWO merupakan aktivitas yang memakan cost dengan porsi cukup tinggi. Oleh karenanya, setiap program DWO yang dilakukan PEP harus berlangsung ketat dalam rambu-rambu on time, on budget & on scope (OTOBOS). “Artinya, non performance time (NPT) harus mampu ditekan sekecil mungkin dan efisiensi biaya pengeboran hingga 10 persen,” jelas Pranefo.

Lebih jauh Pranefo mengutarakan harapannya agar acara yang dihadiri oleh pekerja dari fungsi Eksplorasi, Ekploitasi, Health Savety & Environment (HSE) dan Supply Chain Management (SCM) PEP, Tim Drilling Hulu, Komite Drilling, dan anak perusahaan bidang hulu (APH) lainnya dapat diselenggarakan pada level Direktorat Hulu Pertamina (Korporat). Pertimbangannya, supaya kebijakan target operation excellence operasi pengeboran bisa tercapai secara menyeluruh.

“Memang di Hulu sudah ada Drilling & Workover Technology Forum (DWTF), tetapi yang ini berbeda karena ada dorongan untuk aplikasi langsung,” ujarnya. Acara ini lebih ditekankan pada upaya mengatasi masalah, bukan menggelar kisah keberhasilan. Perbedaan menyolok lainnya, pada acara  DWTF services (vendor) hanya mendapat sedikit peran, kalau di sini terbalik, vendor justru diberi kesempatan cukup untuk menampilkan teknologi mutakhir yang mereka miliki dalam menjawab tantangan operation excellence dan OTOBOS.

Meski demikian, menurut Pranefo forum tersebut bukan tempat uji coba. Teknologi yang diketengahkan para vendor tersebut, harus benar-benar sudah proven, sudah pernah digunakan di tempat lain, dan berhasil. ”Tidak ada janji atau komitmen apapun terkait dengan kontrak pekerjaan. Namun, bila ternyata teknologi yang dipaparkan mampu menyelesaikan masalah sesuai kebijakan upaya pencapaian operation excellence yang OTOBOS, tentu menjadi pertimbangan manajemen dalam penentuan mitra kedepan,” tegas Pranefo.

Pada kesempatan yang sama, Nataniel B. Sangka, Drilling Operation Advisor PEP, selaku inisiator acara menegaskan, dibanding DWTF atau Forum Sharing Technology Hulu (FSTH) acara ini lebih kecil, berjalan santai, namun fokus dan solutif. “Solutif dalam arti presentasi langsung berkaitan dengan drilling hazard yang terjadi di PEP, atau berkaitan dengan isu-isu besar pengeboran termasuk problem subsurface,” terang Nathan. Selanjutnya Nathan menambahkan, terkait dengan permasalahan NPT sebesar 12,4 persen pada operasi drilling, sejatinya hanya 6 persen dari nilai NPT itu yang sulit dikontrol, yaitu total loss.

“Selebihnya dapat ditekan dengan team work yang solid dan penerapan teknologi, serta pemilihan material yang tepat sasaran,” imbuh Nathan.

Selain transfer teknologi, dalam kesempatan ini fungsi DWO juga melakukan soft launching: Form QA/QC Material/Peralatan, Matrix Responsibility, dan Drilling Engineering Guideline. Panitia juga mendistribusikan buku Lesson Learned Kasus-Kasus Drilling & Workover Vol. 1-2018 kepada wakil fungsi Drilling APH.•DIT. HULU

Share this post