JAKARTA - Penandatanganan kesepakatan kerja sama antara Pertamina dan Sonangol EP tersebut dituangkan dalam Framework Agreement yang disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla dan Wakil Presiden Republik Angola Manuel Domingos Vicente pada Jumat, (31/10) di Jakarta.
Framework Agreement akan menjadi kerangka kerja sama Pertamina-Sonangol EP dalam pengembangan bisnis hulu, proyek kilang petroleum dan petrokimia serta kerja sama impor dan ekspor produk kilang, minyak mentah dan gas bumi. Kesepakatan yang merupakan hasil kerja sama government to government (G to G) ini, selanjutnya akan menjadi landasan bagi kedua perusahaan untuk membentuk perusahaan patungan yang akan mengelola proyek-proyek hasil kerjasama tersebut.
Dalam waktu tujuh hari ke depan, Pertamina dan Sonangol EP akan membentuk Gugus Tugas sehingga perusahaan patungan sudah bisa dibentuk untuk merealisasikan berbagai kerja sama yang akan diinisiasi. Perusahaan patungan tersebut selanjutnya akan melakukan berbagai persiapan detail proyek-proyek serta pelaksanaannya yang disepakati oleh Pertamina dan Sonangol.
“Kerja sama ini dapat terjalin sebagai wujud dari hubungan baik yang telah terjalin erat antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Republik Angola. Pertamina siap merealisasikan kerja sama ini sekaligus sebagai milestone bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis utamanya di sektor minyak dan gas bumi. Kami bersama mitra akan bersama-sama menggali berbagai potensi proyek, baik proyek hulu minyak dan gas bumi di Angola, Indonesia maupun di negara lain, maupun proyek pembangunan kilang yang sangat diperlukan Indonesia untuk menjamin ketahanan energi nasionalnya,” kata Plt. Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen.
Seperti diketahui, konsumsi BBM di Indonesia terus tumbuh sekitar 8% per tahun, di sisi lain tingkat produksi minyak mentah menurun dan kapasitas kilang tidak bertambah. Pertamina terus berupaya mendukung pemerintah untuk menjamin ketahanan energi nasional, baik melalui upaya-upaya peningkatan produksi di hulu yang bersumber dari dalam maupun luar negeri, peningkatan kapasitas kilang, dan juga upaya konversi dan diversifikasi energi.
“Pertamina optimis dalam kurun waktu 5-6 tahun ke depan Indonesia akan bisa swasembada energi. Untuk itu Pertamina siap menjadi tulang punggung dalam mencapai upaya tersebut,” terang Husen.
Angola merupakan negara anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) yang pada tahun 2013 lalu memproduksi minyak dan kondensat sejumlah 1,8 juta barel per hari. Sejak tahun 2002, pertumbuhan produksi minyak Angola mencapai rata-rata 15% per tahun yang bersumber dari lapangan-lapangan deepwater.•RUDI