Pertamina Hadir di Antara Trauma Gempa Palu

PALU- Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan menjadi salah satu kelurahan di Palu yang terkena imbas terparah guncangan dahsyat gempa berkekuatan 7.4 skala richter akhir September lalu. Salah satu saksi hidup, Samsudin bertutur tentang detik-detik terjadinya gempa.

Saat itu, pria berusia 31 tahun ini bersiap untuk adzan Magrib sekitar pukul 18.02 WITA, namun guncangan dahysat membuatnya tak kuasa untuk mengangkat microphone yang saat itu sudah digenggamnya.

“Kejadian sangat cepat. Saat gempa terjadi saya baru pegang microphone sudah terjadi gempa. Saya lari dan belum sempat adzan,” ujar Samsudin.

Pria yang sehari-hari menjalani profesinya sebagai muadzin tersebut berpikir untuk langsung menyelamatkan istri dan kedua anaknya yang saat itu juga berada di masjid yang sama. Namun istri dan kedua anaknya mampu menyelamatkan diri. Saat ia berlari ke bagian timur masjid, ia terlempar ke bagian barat masjid dan tepat di depan rumah Kakak Iparnya.

“Saya mencoba menyelamatkan anak dan istri saya yang berada di bagian timur masjid. Tidak tahu kenapa Allah berkata lain, saya dilempar ke bagian barat. Ternyata di bagian barat masjid ada kakak ipar saya yang harus saya selamatkan. Alhamdulillah semua selamat,” tambahnya.

Ia mengaku gempa dan tsunami yang menimpa Palu, Donggala dan Sigi masih menyisakan trauma yang mendalam bagi Samsudin.

Beruntung di kala traumanya, Pertamina selalu ada membantu baik memberikan bantuan logistik maupun pelayanan kesehatan yang rutin ia dapatkan.

“Kami dapat bantuan 2 hari sekali untuk pasokan logistik sehari-hari. Sekarang fokusnya menenangkan diri dari trauma,” katanya.
Ia dan warga lain yang mengungsi hingga saat ini masih belum memiliki rencana untuk berpindah rumah atau meninggalkan pengungsian. Mereka masih menunggu keputusan dari pemerintah apakah tanggap bencana sudah dinyatakan berakhir atau belum.

“Belum ada rencana akan kemana. Mereka sih maunya balik lagi ke rumah tapi menunggu hasil keputusan pemerintah apakah rumah layak dihuni atau tidak. Sekarang di desa ini yang rumahnya bisa dihuni hanya tinggal 20% sisanya tidak ada yang bisa dihuni,” tutupnya.•KUN/DK

Share this post