JAKARTA – Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menginginkan Pertamina yang dipimpinnya sekarang memperoleh perlakuan yang adil sebagai badan usaha, termasuk ketika harus berkompetisi dengan para pesaing yang datang dari luar.
Hal tersebut ditegaskan Dwi Soetjipto saat memberikan sharing session di depan jajaran direksi dan manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Sharing session sekaligus mengawali acara Kick Off 2015 and IDX Culture Festival Launching pada Senin (12/1) di Gedung Bursa Efek Jakarta. Saat ini, Dwi masih menjabat sebagai salah satu anggota komisaris BEI.
Ia juga menjelaskan tentang penugasannya di Pertamina. Ia membantah bahwa Pertamina diuntungkan dari Premium yang merupakan BBM bersubsidi. Ia menegaskan, Pertamina tidak memperoleh profit dari bisnis public service obligation.
Selain tentang Pertamina, Dwi bercerita tentang perjalanan hidupnya. “Sejak muda, saya selalu berpikir tidak sama dengan orang lain berpikir. Sehingga ketika kawan-kawan saya ingin kerja di Jawa atau di Surabaya, saya justru merantau ke Padang,” katanya.
Menurut pria berkacamata tersebut, keberhasilan seseorang adalah dari kemauan dirinya untuk terus belajar. “Ternyata segala sesuatunya itu tergantung pada persepsi kita. Menurut saya, 85% sukses dari orang berkembang dari proses belajar. Itu adalah yang di-drive oleh diri sendiri,” argumennya.
Karena itu, perusahaan tidak boleh hanya mengandalkan semua kegiatan pada center of training untuk pengembangan pekerjanya. “Karena sebagian besar justru harus tumbuh dari dalam diri pekerja sendiri,” ujar Dwi.
Hal penting lainnya adalah pemanfaatan waktu untuk belajar, atau istilahnya learning process. Ia selalu menyediakan waktu untuk belajar. “Semakin tinggi level seseorang, maka semakin banyak waktu yang harus disediakan untuk belajar,” tegas Dwi. Baginya, belajar tidak hanya membaca buku saja, tetapi datang pada seseorang dan bertanya, yang juga merupakan proses belajar.
Karena itulah, Dwi mengingatkan agar setiap individu harus menikmati perjuangan atas pekerjaannya sehingga dapat menghasilkan kontribusi yang nyata pada perusahaan. “Setiap pekerjaan pasti akan membawa hasil, yang mungkin dilihat orang lain dan memperoleh pengakuan,” pungkas Dwi.•URIP