JAKARTA - Pertamina harus mampu mengomunikasikan dengan baik kinerja perusahaan kepada publik. Hal tersebut diperlukan untuk meng-counter berita-berita negatif tentang Pertamina. “Kita harus bisa meyakinkan kepada publik dan meluruskan apa yang sebenarnya kita lakukan,” ujar Vice President Corporate Communiction Pertamina Wianda Pusponegoro ketika tampil sebagai pembicara dalam talkshow di tengah acara Munas VIII Forum Humas BUMN, Jumat (12/6), di Jakarta.
Selain Wianda, sebagai pembicara adalah Riza Primadi (Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Media Menteri BUMN) dan M. Agung Laksamana (Ketua Umum DPP Perhumas). Bertindak sebagai moderator adalah Teddy Purnama.
Wianda mengakui bahwa berita negatif atau berita yang menekan Pertamina, merupakan sesuatu yang tidak terelakkan lagi. “Jadi kita tidak mungkin bisa mengontrol semua berita tentang Pertamina. Memang kita berharap semua berita adalah positif, tetapi hal itu juga tidak mungkin. Karena di suatu perusahaan harus ada berita-berita yang harus dikritisi oleh manajemen maupun praktisi PR, untuk melakukan klarifikasi. Atau kemudian langkah-langkah pembetulan dari berita tersebut,” jelasnya.
Menurut Wianda, dari Januari sampai Mei 2015, total ada sekitar 25.000 berita tentang Pertamina. “Jadi berita negatif itu pasti ada. Di luar sana akan terus ada pihak-pihak yang mengeluarkan berita-berita berseberangan dengan Pertamina, tetapi di sisi lain tugas saya dan tim adalah terus-menerus secara konsisten mengeluarkan berita positif,” tegasnya.
Sementara Riza Primadi menyoroti apa yang seharusnya dilakukan fungsi Corporate Communication dalam merespon berita negatif. Sementara Agung Laksamana menekankan tugas PR adalah mengetahui apa yang dibutuhkan CEO perusahaan. Karenanya ia menyebutkan bahwa KPI PR adalah sama dengan KPI seorang CEO.•URIP