BALI -- Refining & Petrochemicals World (RPW) 2019 menjadi ajang pertemuan antara Pertamina dan berbagai stakeholders sebagai salah satu peluang menjalin kerja sama bisnis. Hal tersebut diungkapkan Direktur Megaproyek Pengolahan& Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang yang hadir pada hari pertama dalam RPW 2019 di Westin Hotel Nusa Dua Bali, pada Selasa (14/5/2019).
Dalam kesempatan itu Tallulembang menjelaskan, saat ini Pertamina bersiap menjalankan proyek RDMP dan GRR untuk meningkatkan kapasitas kilang Pertamina sehingga Indonesia dapat terbebas dari impor BBM.
"Ajang ini menjadi kesempatan bagi kami untuk berkomunikasi intens dengan industri lainnya sehingga dapat memilih partner yang tepat, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Antusiasme peserta mengikuti kegiatan ini sangat luar biasa sehingga kami pun bisa memperoleh opsi dalam berbagai aspek pemilihan partner," tukasnya.
Seperti diketahui, Pertamina memiliki berbagai proyek penting yang tengah yang dijalankan. Proyek tersebut memiliki kebutuhan material standar tinggi dan untuk megaproyek yang saat ini sedang dijalankan Pertamina.
Karena itu Pertamina juga membutuhkan produsen manufaktur dalam negeri (TKDN) agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam berbagai aspek, seperti spesifikasi produk, ketepatan waktu hingga harga.
Salah satu peserta RPW 2019, Dempsey Robby Kambey selaku GM Asset Management PT Kreasindo Resources Indonesia merespon positif kegiatan ini. "Kami bisa melihat sejauhmana perkembangan bisnis Refinery dan Petrochemicals saat ini, khususnya mengenai dua megaproyek yang dimiliki Pertamina. Ini kesempatan sangat bagus bagi kami diberi kesempatan untuk menyampaikan kapabilitas yang kami miliki sebagai perusahaan dalam negeri," ujarnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Timbul P.Gurning dari JMJ Associates yang merupakan konsultan Keselamatan Kerja Global. "Pertamina memiliki proyek luar biasa yang juga harus didukung oleh aspek HSSE yang mumpuni. Kesempatan ini menjadi ajang bagi perusahaan saya tentunya untuk menyampaikan kapabilitas kami dalam mengelola aspek HSSE," tukasnya.
Paul Allan dari Honeywell UOP yang punya sejarah kerja sama juga diberikan kesempatan agar bisa membangun network satu sama lain dan menjajaki aneka kemungkinan kerja sama lagi.
Diharapkan dengan partner yang tepat, Pertamina akan semakin fokus pada peningkatan efisiensi operasional dan transformasi digital di sektor kilang, mencegah downtime yang tidak terjadwal dan menghasilkan value bagi perusahaan.
Di antara peningkatan efisiensi operasional dan produktivitas maksimum perlu juga mempertimbangkan bagaimana memecah hambatan kapasitas penyulingan, bagaimana memastikan keandalan fasilitas penuaan, cara mempercepat laju digitalisasi, cara memanfaatkan penuh inovasi teknologi untuk mengoptimalkan pemrosesan, cara memenuhi peraturan lingkungan yang ketat dan lain-lain.
"Oleh karena itu, kita perlu mendapatkan ide, mendapatkan informasi tentang teknologi untuk meningkatkan potensi kilang dan terus bergerak maju dengan partner yang berpartisipasi dalam kegiatan ini," pungkas Tallulembang.*RIN