JAKARTA - Memanfaatkan pengalaman dan fasilitas yang dimiliki Pertamina dalam bisnis kilang LNG, sekaligus menangkap peluang bisnis yang terbuka di bidang operation & maintenance, training, plant services, dan EPC, mendorong Pertamina ‘melahirkan’ PT Patra Badak Arun Solusi (PBAS), yang sebelumnya bernama PT Patra Teknik.
Untuk itu, Direktorat Pemasaran & Niaga PT Pertamina (Persero) melakukan penandatanganan nota kesepahamanan dengan PT Patra Badak Arun Solusi (PBAS) yang dilakukan oleh Direktur Pemasaran & Niaga Pertamina Hanung Budya dengan Direktur Utama PT Patra Badak Arus Solusi (PBAS) Nanang Untung. Acara berlangsung pada Jumat (15/8) di Gedung Utama Lantai 13 Kantor Pusat Pertamina.
Dalam kesempatan tersebut Hanung Budya meminta kepada jajarannya untuk bisa bersinergi dengan PBAS dalam hal operation & maintenance, training, plant services, dan EPC.
Hanung menyatakan, PBAS merupakan anak perusahaan Pertamina yang baru, yang berkecimpung di bidang operation & maintenance, training, plant services, dan EPC. Hanung pun menyebutkan PBAS berangkat dari pengalaman dan reputasi yang dimiliki PT Badak NGL dalam mengoperasikan dan memelihara kilang LNG di Norwegia, Qatar dan Angola.
Sementara Direktur Utama PBAS Nanang Untung menyatakan, pada dasarnya PBAS dibuat untuk menangani seluruh kegiatan Pertamina dalam bidang operation & maintenance, training, plant services, dan EPC. “PBAS ini memang dibentuk sebagai services company yang profesional yang akan menangani seluruh kebutuhan teknis operation and maintenance di Pertamina dan sifatnya lintas direktorat. Mulai dari hulu sampai hilir, yang berbau teknis dan high skill, akan kita tangani,” kata Nanang.
Harapannya, lanjut Nanang, Pertamina bisa menciptakan perusahaan yang kompetitif, karena memang kompetensi Pertamina itu harusnya luar biasa. “Kita ini sudah berusia 57 tahun, dan punya dua anak perusahaan yang bagus, Badak dan Arun. Kompetensi inilah yang seharusnya bisa dipadukan untuk memenuhi kebutuhan Pertamina. Sehingga kompetensinya meningkat, dan bisa dijual ke luar Pertamina, apakah di Indonesia ataupun di luar negeri,” ujar Nanang.
Menurut Nanang, PBAS bisa menjadi perekat dari semua fungsi engineering/keteknikan yang ada di Pertamina. “Engineering itu dimulai dari laboratorium, pilot plant, kemudian membuat project, sampai ke operation dan maintenance. Ini harus dirangkum menjadi satu untuk memastikan bisa dikelola dengan baik, dan dimanfaatkan bukan hanya untuk Pertamina saja. Engineering ini suatu aset yang berharga dan bisa mendatangkan profit,” tuturnya. Untuk sementara ini, PBAS ditempatkan di bawah korporat, dan belum ditentukan direktorat pembinanya.•URIP