Beijing - Tidak dapat disangkal lagi bahwa fokus pertumbuhan industri penerbangan dalam 2 tahun terakhir ini berada di kawasan Asia, di saat yang sama negara-negara Eropa dan Amerika mengalami pelemahan industri penerbangan akibat resesi ekonomi. Diantara negara-negara Asia tersebut maka China dan Indonesia adalah 2 negara dengan potensi penumpang sedemikian besar dan merupakan 2 negara dengan tingkat pertumbuhan penumpang angkutan udara yang tertinggi. Hal tersebut terjadi karena tumbuhnya kekuatan pasar domestik sehingga industri penerbangannya pun menjadi lebih stabil di kala resesi ekonomi terjadi di sebagian belahan dunia. Disamping aspek pertumbuhan pasar domestiknya trade flow antara China dan Indonesia telah meningkat 2 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dimana saat ini telah mencapai lebih dari USD 49 Milyar. Hal ini menjadikan potensi air traffic kedua negara pun menjadi lebih besar, sehingga memunculkan opportunity bagi airlines dan fuel supplier di kedua negara tersebut untuk memperluas kerjasama, melakukan ekspansi dan pada saat yang sama meminimalkan resiko bisnis dalam melayani sebuah growing route.
Hal tersebut merupakan topik utama yang dikemukanakan oleh VP Aviation Iwan Hartawan saat menjadi key panelist pada acara China International Aviation Fuel Conference yang berlangsung pada tanggal 4-6 April 2012 di Beijing, China. Acara tersebut merupakan International Aviation Fuel Conference & Exhibition yang pertama kali dilaksanakan di luar agenda rutin IATA Fuel Forum yang juga secara rutin diikuti oleh Pertamina. Bagi Pertamina, acara tersebut sangat penting mengingat aspirasi Pertamina untuk terus memperluas jaringan layanan di luar negeri dan terus mengingkatkan citra serta kontribusinya di industri jet fuel internasional. Disamping itu acara berskala internasional tersebut merupakan sarana untuk melakukan business networking dengan airlines, pabrikan, jet fuel supplier dan lembaga keuangan.
Acara tersebut mengambil tempat di China bukan tanpa alasan. Pada acara tersebut tergambar dengan jelas bahwa dalam beberapa tahun ke depan Asia akan menjadi center of gravity dari industri penerbangan. Dan Indonesia menjadi bagian tidak terpisahkan yang akan mengalami pertumbuhan yang significant. Pada kesempatan tersebut Pertamina kembali menegaskan komitmennya bahwa pertumbuhan pasar domestik Indonesia yang diikuti dengan pertumbuhan airlines Indonesia ke luar negeri merupakan captive market yang akan terus dijaga oleh Pertamina. Oleh karena itu Pertamina pun berkeinginan untuk selalu berpartner dengan partner lokal yang memiliki kehandalan supply dan logistic untuk dapat melayani captive market di pasar domestik mereka termasuk China. Banyak pihak sangat mengapresiasi materi yang disampaikan oleh Pertamina baik itu logistic provider, sesama NOC maupun lembaga keuangan. Karena dalam sebuah industri yang sudah mapan, agresivitas NOC merupakan hal yang jarang terlihat seperti halnya dilakukan oleh IOC. Sementara untuk kawasan Asia maka NOC lah yang akan diproyeksikan akan mengambil peran lebih besar di masa mendatang.