Pertamina Mulai Salurkan B30 di Tiga Fuel Terminal Riau

PEKANBARU– Berdasarkan keterangan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau, sokongan kelapa sawit di Riau mencapai 40 persen dari pasokan nasional. Namun ketergantungan pada pasar ekspor, membuat harga sawit kerap tak stabil.

Lahirnya Kepmen ESDM No 227 Tahun 2019 tentang penetapan komposisi FAME dari B20 menjadi B30, menjadi binar baru harapan petani sawit. B30 diharapkan akan menciptakan permintaan domestik dan multiplier effect terhadap 16 juta petani sawit.

“Pertamina Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut, di awal tahun 2020 ini mulai menyalurkan B30 melalui tiga Fuel Terminal yang berada di Provinsi Riau,” jelas M. Roby Hervindo, Unit Manager Communication & CSR MOR I. 

Ketiga fuel terminal (FT) tersebut adalah FT Dumai, Siak dan Tembilahan. FT Dumai mendapat pasokan Fatty Acid Mathyl Ester (FAME) dari PT. Intibenua Perkasatama dan PT. Wilmar Bioenergi Indonesia. Proses pencampuran B30 di FT Dumai dilakukan dengan metode tank blending. Kini FT Dumai menyalurkan sebanyak 2.307 kilo liter (KL) per hari kepada 90 SPBU di Kabupaten Asahan, Kab. Rokan Hulu, Rokan Hilir, Kab. Bengkalis, Kab. Siak dan Kota Dumai.

“Lalu ada Fuel Terminal Siak yang proses pencampuran B30-nya sama seperti FT Dumai. Pasokan FAME di FT Siak diperoleh dari PT. Pelita Agung Agrindustri,” jelas Roby. Penyaluran juga sudah di implementasikan sebanyak 1.536 KL untuk 90 SPBU di Kota Pekanbaru, Kabupaten Inderagiri Hilir dan Hulu, Kab. Kampar, Kab. Kuantan Singingi, serta Kab. Pelalawan.

Sedangkan FT Tembilahan mendapat pasokan B30 dalam bentuk jadi, dari FT Tanjung Uban. Di FT Tanjung Uban, proses pencampurannya  menggunakan New Gantry System (NGS), yakni pencampuran FAME dan solar dengan inline blending melalui jalur pipa.

“FT Tembilahan sudah menyalurkan B30 sebanyak 183 KL kepada 15 SPBU yang berada di wilayah Indragiri hilir, Tembilahan, Sungai Guntung dan Kuala Enok,” imbuhnya.

Program B30 juga membawa manfaat peningkatkan perekonomian Indonesia melalui pengurangan volume impor solar (BBM).

“Dapat juga meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, serta menjaga keberlangsungan industri sawit dalam negeri sebagai penyedia bahan baku dan produsen FAME dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit,” pungkas Roby.*MOR I

Share this post