JAKARTA - Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) global beramai-ramai beralih ke energi baru terbarukan sebagai upaya mengurangi dampak perubahan iklim.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan bahwa batasan suhu dari pemanasan global maksimal 2 derajat, hal ini akan berpengaruh kepada permintaan minyak dunia akan turun dari 110 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 65-73 juta bph.
"Kami melakukan transisi energi untuk beradaptasi dengan perubahan global ini," ungkapnya dalam Media Group News Summit 2021 pada Kamis, 28 Januari 2021.
Nicke menambahkan, Pertamina baru memanfaatkan 70 persen potensi geotermalnya. Artinya, Pertamina masih memiliki potensi yang besar dan mempunyai target di atas 1 Gigawatt (GW) dalam lima tahun ke depan.
“Pertamina akan meningkatkan kapasitasnya dua kali lipat dari yang ada saat ini. Indonesia mempunyai potensi geotermal yang cukup besar, sekitar 26 GW yang masih bisa dikembangkan,” ucap Nicke.
Potensi berikutnya adalah green hydrogen yang bisa diproses dari geothermal. Kilang panas bumi Pertamina di Ulubelu nantinya akan mengalirkan green hydrogen ke Kilang Plaju dan Dumai untuk digunakan sebagai biodiesel, biofuel, dan bioavtur.
Selanjutnya, Nicke menyampaikan, pengembangan proyek kendaraan listrik (EV) beserta pengisian daya (charging) kendaraan listrik juga akan masuk dalam agenda Pertamina.
"Jadi, intinya menurunkan karbon emisi merupakan agenda seluruh perusahaan migas dunia," ujarnya. *ED/KUN/HM