Pertamina Rintis Bus dan Kompor Berbahan Bakar LNG

Pertamina Rintis Bus dan Kompor Berbahan Bakar LNG

JAKARTA - "Ini meru­pakan titik awal pemanfaatan LNG bagi sektor transportasi dan rumah tangga. Dimulai dari kendaraan operasional PT Badak NGL, diharapkan menjadi contoh ke depannya untuk dapat diperluas peman­faatannya. Pertamina juga berkomitmen untuk semakin melengkapi infrastruktur yang diperlukan demi suksesnya pemanfaatan LNG untuk ke­perluan domestik di masa mendatang," tegas Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan pada peluncuran perdana bus dan kompor berbahan bakar LNG dari PT Badak NGL Bontang. Acara yang berlangsung melalui video conference tersebut berlangsung di dua tempat, yaitu di Bontang, Kalimantan Timur, maupun di Gedung Utama Lantai 3 Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, pada (6/8).


Pada kegiatan bertema "LNG untuk Kesejahteraan Masyarakat" ini, Presiden Direktur & CEO PT Badak NGL Nanang Untung menjelaskan, pemanfaatan LNG untuk bus dan kompor merupakan suatu terobosan teknologi yang dilakukan PT Badak NGL setelah lebih dari 3 dasawarsa berkecimpung di bisnis LNG. "Terobosan teknologi ini dilatarbelakangi harga BBM yang terus meningkat seiring meningkatnya harga minyak dunia, sementara pembangunan di negara kita memerlukan jumlah BBM yang luar biasa."


Nanang meyakinkan, LNG memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar transportasi umum seperti bus dan truk, alat angkut berat untuk industri pertambangan, kapal, dan alat-alat berat untuk industri perminyakan. Diestimasikan penghematan biaya bahan bakar yang dapat digunakan, bisa mencapai sekitar 30 persen.


Dalam kesempatan ter­­sebut, selain untuk bus, diperkenalkan pula peng­gunaan LNG untuk kompor, menggantikan LPG. "Program ini kami harapkan dapat membantu pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM dan LPG. Terobosan ini dapat memberikan manfaat lebih karena bisa menjadi al­ternatif bahan bakar yang lebih murah bagi masyarakat Indonesia," kata Nanang.


Sebagaimana diketahui, paradigma bisnis LNG yang sebelumnya berorientasi pada ekspor, kini mulai berubah sejak beroperasinya Floating Storage Regasification Unit Nusantara Regas 1 pada 24 Mei 2012, sebagai terminal penerima, penyimpan dan regasifikasi LNG untuk keperluan PLN.


Dibandingkan dengan bensin dan solar, LNG lebih ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi sekitar 85%, dan bila dibandingkan CNG, LNG memiliki nilai densitas energi tiga kali lebih besar pada volume yang sama, sehingga memiliki jarak tempuh yang lebih panjang. LNG juga dapat disimpan dalam tekanan rendah (1 atmosfer).
Ikut meresmikan dalam acara tersebut Dirjen Migas Evita Legowo, Fathurahman (yang mewakili Kepala BP Migas), Komisaris Pertamina Luluk Sumiarso, serta jajaran manajemen Pertamina lainnya. Sementara di Bontang tampak hadir Walikota Bontang Adi Darma dan Presiden Direktur & CEO PT Badak NGL Nanang Untung.

Share this post