JAKARTA – Pertamina mulai melakukan kajian bersama dengan ExploRE mengenai produksi hidrogen hijau dari panas bumi untuk aplikasi di pasar domestik dan internasional. Hal ini karena Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia.
ExploRE merupakan proyek kerja sama antara Kementerian ESDM c.q. Direktorat Jenderal EBTKE dan Kementerian Lingkungan Hidup, Konservasi Alam dan Keamanan Nuklir (BMU) Pemerintah Jerman c.q Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ)
Vice President Downstream Research and Technology Innovation Pertamina Andianto Hidayat mengaku siap untuk melakukan studi tersebut. Pertamina berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan energi baru terbarukan (EBT) termasuk hidrogen hijau dari panas bumi.
“Kami sangat concern di energi baru terbarukan. Kami telah aktif di biofuel, dan aktif di pembangkitan energi dari EBT, sekarang juga harus sudah melihat dunia terutama dari sisi green energy. Jika kita tidak segera aktif mengimplementasikan teknologi tersebut maka kita akan ketinggalan. Sementara sumber daya energi terbarukan di Indonesia sangat besar dan itu merupakan anugerah yang maha kuasa. Makanya kami selalu siap untuk menjadi jembatan dan tulang punggung kepada seluruh subholding maupun seluruh anak perusahaan yang akan mengimplementasikan teknologi baru dalam mengembangkan bisnis baru di bidang energi baru dan terbarukan ke depannya,” jelasnya dalam kegiatan Rapat Pembukaan Studi Produksi Hidrogen Hijau dari Panas Bumi untuk Aplikasi di Pasar Domestik dan Internasional pada Kamis 2 September 2021.
Direktur Utama Pertamina Power Indonesia (PPI) Dannif Danusaputro mengatakan hidrogen merupakan energi masa depan yang akan menjadi breakthrough bagi industri yang mungkin akan sulit untuk didekarbonisasi melalui baterai atau EBT lainnya.
“Indonesia memiliki sumber daya panas bumi yang sangat besar sehingga kita berharap bisa menjadi salah satu breakthrough untuk menghasilkan hidrogen hijau dari sumber daya yang kita miliki. Bersama tim Pertamina Geothermal Energy (PGE) kita sudah bersiap melakukan pilot project hidrogen hijau berbasis energi panas bumi. Kita berharap pilot project ini bisa scalable dan diimplementasikan secara ekonomis. Selain itu, dari sisi bisnis secara keseluruhan juga bisa sustainable dan secara profit memungkinkan dilakukan dalam jangka panjang.”
Senada dengan pendapat sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Ahmad Yuniarto mengatakan hidrogen hijau merupakan sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan. Bukan hanya itu, panas bumi di Indonesia juga melimpah sehingga PGE bisa lebih banyak lagi mengeksplor potensi panas bumi tersebut.
“Upaya ini adalah bagian untuk memaknai panas bumi dan menempatkan peran panas bumi di dalam konteks transisi Indonesia agar membantu lebih cepat lagi mencapai target net zero emission dan menempatkan panas bumi sebagai green economy multiplier effect, agen untuk menciptakan efek pengganda ekonomi. Kami siap bekerjasama dengan siapapun untuk memajukan ide-ide ini dan menjadikannya kenyataan.”
Ia berharap semoga kedepan adanya kesempatan untuk mempelajari hidrogen hijau dari hulu hingga hilir agar bisa menjadi nilai tambah.
“Saya tegaskan bahwa Pertamina Geothermal Energy berkomitmen untuk membesarkan manfaat dari sumber daya panas bumi melalui produksi atau co-produksi tepatnya hidrogen Indonesia. Kita perlu menguatkan pemahaman kita dari sisi midstream dan downstream, kita perlu meningkatkan pemahaman kita dari serapan pasar yang akan memanfaatkan hidrogen ini,” pungkasnya. *IDK/PW/IN