JAKARTA – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengatakan, saat ini penggunaan energi fosil masih sangat besar. Oleh sebab itu, pihaknya akan memberikan perhatian kepada energi baru dan terbarukan karena memberikan potensi yang besar dalam mewujudkan ketahanan energi nasional.
“Energi baru dan terbarukan harus kita berikan perhatian khusus. Karena itu, masalah yang berkaitan dengan insentif, perijinan dan hal-hal yang berkaitan dengan EBT harus kita dukung penuh. Kita dorong dan konsisten bahwa ke depan harus mengarah ke bidang EBT ini,” demikian diungkapkan Joko Widodo saat membuka membuka penyelenggaraan The 4th Indonesia EBTKE ConEx 2015, di Jakarta Convention Center, Rabu (19/8).
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pemerintah telah dan akan terus untuk melakukan terobosan dan kebijakan untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan. “Kita harus tetap optimis dengan program 35.000 MW untuk membangun energi baru dan terbarukan dalam rangka mencapai kedaulatan energi,” tegasnya.
Sebagai bentuk aspirasi program tersebut, Pertamina telah mencanangkan pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan sebesar 1,13 Gigawatt dan produksi biofuel sebesar 1,28 juta KL pada tahun 2019.
Peningkatan kapasitas produksi pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan akan bersumber utama dari panas bumi, yaitu sebesar 907 MW, solar photovoltaic dan energi angin masing-masing 60 MW, biomassa 50 MW dan mini/microhydro dan ocean energy masing-masing 45MW dan 3MW.
Adapun, untuk biofuel sendiri akan terdiri dari green diesel dengan kapasitas 0,58 juta KL per tahun, co-processing green diesel 0,14 juta KL per tahun, co-processing green gasoline 0,23 juta KL per tahun, bioavtur 257.000 KL per tahun, bioethanol sebesar 76.000 KL/tahun, dan 10 ton per hari bio LNG plant.
“Pertamina berkomitmen untuk mencari sumber-sumber energi, termasuk energi baru dan terbarukan yang dapat digunakan untuk menopang kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Pertamina mempertimbangkan pula untuk masuk ke semua lini dari bisnis energi baru terbarukan, tidak sekadar menjadi offtaker, melainkan bisa juga menjadi produsen di bisnis hulu energi baru dan terbarukan,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.
Sementara itu, Direktur Gas dan Energi Baru Terbarukan Pertamina Yenni Andayani menambahkan Pertamina siap berinvestasi bisnis hulu Energi Baru dan Terbarukan. Menurut dia, capital expenditure yang diperlukan untuk pengembangan bisnis gas dan EBT serta geothermal mencapai 8 miliar dolar AS.
Yenni juga menyambut baik adanya berbagai kebijakan pendukung bagi terwujudnya pengembangan energi baru dan terbarukan di Tanah Air, seperti insentif harga untuk pembangkit listrik panas bumi, air, biomassa, dan juga biogas. Dia juga mengungkapkan kebijakan harga memang menjadi kunci sukses bagi pengembangan energi baru dan terbarukan.
“Apalagi dengan kondisi harga minyak mentah seperti saat ini, tentu saja energi baru dan terbarukan menghadapi tantangan karena harus berkompetisi dengan energi fosil yang sedang turun harga,” terangnya.•Rilis/IRLI