Pertamina Targetkan 150 Titik Lokasi BBM Satu Harga

Pertamina Targetkan 150 Titik Lokasi BBM Satu Harga

9- MEDIA WORKSHOP RFM (TRISNO)2Jakarta – Dalam rangka melayani masyarakat In­donesia secara adil dan merata, khususnya di wi­layah 3T (Tertinggal, Terluar, Terdepan) di Indonesia, Perta­mina ber­komit­men me­ning­katkan jumlah titik penyaluran BBM Sub­sidi Satu Harga sebanyak 150 titik hingga tahun 2019. Komitmen ini merupakan bentuk keinginan Pertamina untuk melayani masyarakat se­cara lebih baik.

 

“Ini sebagai implementasi yang lebih mendalam dari pasal 33 UUD 1945, bahwa semua masyarakat berhak mendapatkan layanan yang terbaik dari pemerintah,” ucap SVP Fuel Marketing & Distribution Pertamina Gigih Wahyu Irianto dalam  Media Workshop di Media Center Pertamina, Selasa (4/4). Turut hadir dalam kesempatan tersebut, VP Retail Fuel Marketing Pertamina Afandi, dan VP Corporate Commu­nication Pertamina Adiatma Sardjito.

 

Untuk  tahun ini, Pertamina menargetkan pe­nam­bahan sebanyak 54 titik lokasi pro­gram Indonesia BBM Satu Harga yang lo­kasinya akan di­tentukan ber­sama-sama dengan pe­­merintah. Se­be­lum­nya, Pertamina telah ber­­­hasil melakukan operasi BBM Satu Harga di 10 titik lokasi, yaitu delapan kabu­paten Papua dan Papua Barat, Krayan, dan Pulau Halmahera.

 

Sementara itu, VP Retail Fuel Marketing Pertamina Afandi menjelaskan, pene­rapan prog­ram Indonesia Satu Harga ini akan dilakukan melalui beberapa tahapan.Yaitu, membangun lem­baga penyalur di wilayah yang be­lum terdapat penyalur, me­ning­katkan kapasitas storage lembaga penyalur, dan men­dorong percepatan pem­­bangunan  infrakstruktur darat dan laut oleh pemerintah di wilayah sasaran.

 

“Tantangan kita adalah belum adanya lembaga pe­nya­lur. Ini karena sa­rana dan fa­silitasnya belum ada, mi­salnya jalannya belum me­me­nuhi syarat, jem­batan belum ada, dan lain se­ba­­gai­nya. Karena itu, dari roadmap 150 titik tersebut, tahun ini kita bagi untuk daerah-daerah yang infra­struktur darat dan lautnya cukup bagus dan siap untuk menerima BBM dulu,” ucap Afandi.

 

“Ini tersebar dari MOR I sampai MOR VIII, tidak hanya di daerah timur tapi Sumatera juga ada, bahkan di area MOR III juga ada dua titik sasaran,” tambahnya.

 

Terkait belum tersedianya infrastruktur yang memenuhi syarat distribusi bahan ba­kar, Gigih berharap Pe­me­rintah Daerah dapat turut mendukung pengem­bangan infrastruktur trans­portasi yang dibutuhkan.

 

“Kita harapkan ada du­kungan dari pe­merintah daerah melalui APBD da­lam pengem­bangan infra­struktur. Ka­rena dengan masuknya BBM ke sana akan berdampak pula memberikan multiplier effect kepada per­kembangan ekonomi daerah tersebut,” ucap Gigih.

 

Gigih menegaskan, yang terpenting dibenahi ada­lah aspek tek­nis dulu. “Seperti bagaimana bisa me­ngirimkan BBM dengan me­­­menuhi aspek-aspek HSSE. Karena kita kan men-deliver barang yang ber­bahaya, tidak serta merta bisa di­ambilpindahkan,” pungkas Gigih.•Starfy

Share this post