Pertamina Terima Kapal MT Sanggau Berkonsep Eco-Ship Jadikan Kapal Lebih Efisien Bahan Bakar

Pertamina Terima Kapal MT Sanggau Berkonsep Eco-Ship Jadikan Kapal Lebih Efisien Bahan Bakar

Xxx -02-peresmian Kapal SanggauPT Pertamina (Persero) hari ini kembali menambah armada kapal tanker milik dengan diserahterimakannya MT Sanggau, kapal dengan konsep ECO SHIP yang efisien dan ramah lingkungan dengan bobot mati 40.000 long ton dead weight (LTDW) yang akan digunakan untuk transportasi minyak mentah di Tanah Air.

 

JAKARTA – Penyerahan dan penamaan kapal ber­langsung di Jinjiang, Provinsi Jiangsu, China, Kamis (28/1), dari Manajemen New­times Shipbuilding Co. Ltd kepada SVP Shipping Pertamina Mulyono. MT Sang­gau dibangun oleh Newtimes Shipbuilding Co. Ltd., merupakan kapal milik ke-66 dari total 273 armada kapal yang dioperasikan dalam menjamin keamanan pasokan energi di dalam negeri. Kapal senilai US$31 juta ini direncanakan ber­tolak dari galangan pa­da 29 Januari 2016 dan diperkirakan mulai ber­ope­rasi pada awal Maret 2016.

 

“Kapal ini semula diren­canakan serah terima pa­da awal Maret 2016, na­mun dapat direalisasikan dengan lebih cepat hari ini, yang tidak sekadar dapat dimaknai sebagai proses pengelolaan proyek yang baik, melainkan juga dapat mendukung upaya efisiensi yang terus digencarkan oleh Pertamina melalui optimalisasi pemanfaatan kapal milik,” kata Senior Vice President Shipping Di­rektorat Pemasaran Per­tamina Mulyono di Jinjiang, Rabu (27/1).

 

Selanjutnya, dalam men­transportasikan mi­nyak mentah yang juga terkait dengan upaya pen­capaian target lifting mi­nyak mentah nasional, Per­tamina memerlukan kapal yang efisien dan efektif serta environmental friendly. Untuk menjawab tantangan tersebut, MT Sanggau hadir dengan de­sain berkonsep ECO-SHIP, dengan dilengkapi peralatan-peralatan yang ramah lingkungan seperti Ballast Water Treatment, Oil Discharge Monitoring, serta emisi gas buang mesin penggerak kapal yang sudah mengikuti persyaratan IMO Tier II.

 

Pada sistem propilsi, mesin penggerak kapal ini menggunakan teknologi electronic fuel injection dan dilengkapi variable timing pada sistem gas buang mesin. Penerapan teknologi ini termasuk baru untuk penggunaan di mesin kapal, selain juga penggunaan pre-shrouded vane (PSV) dan rudder bulb yang me­mungkinkan konsumsi ba­han bakar kapal lebih efisien sekitar 5-7%.

 

“Penambahan kapal milik merupakan langkah terobosan Pertamina dalam menaingkatkan efisiensi biaya transportasi minyak mentah dan produk sehingga produk-produk Pertamina dapat memiliki daya saing yang tinggi, di mana total cost biaya transportasi menjadi pertaruhan Per­tamina dalam persaingan bis­nis hilir migas,” ungkap Mulyono.

 

Dia juga menjelaskan penambahan kapal milik merupakan wujud kepatuhan Pertamina terhadap azas cabotage dalam semangat member­dayakan bisnis maritim dalam negeri da­lam hal kepemilikan kapal, bendera kapal dan awak kapal Indonesia. Dari ga­­langan yang sama, Per­tamina juga akan menerima kapal kedua dan ketiga pada Maret yang akan datang.

 

“Beberapa kapal beru­kuran besar dan belum dapat dipenuhi galangan kapal nasional, Pertamina memang tidak punya pi­lihan lain untuk melakukan kontrak pembangunan kapal baru secara Inter­nasional. Ini sekaligus menjadi tantangan terus maju bersama Pertamina di masa mendatang, meng­ingat Pertamina selalu menjadi pemesan kapal terbesar pertama di setiap galangan nasional. Bahkan pemesanan oleh Pertamina tersebut menjadi portfolio yang terpercaya galangan kapal untuk bisa meraih pesanan dari perusahaan lain.”

 

Hingga akhir 2016, Pertamina akan memiliki sekitar 72 unit kapal yang berstatus milik sendiri. Sebanyak 34 kapal atau 47% merupakan kapal yang diproduksi oleh galangan kapal nasional, di mana 30 unit di antaranya telah beroperasi dan 4 unit masih dalam tahap konstruksi.

 

“Pertamina melalui rencana jangka panjang Penguatan Armada Milik berkomitmen tinggi untuk mengedepankan kerjasama dengan mitra nasional se­bagai pembangun ka­pal yang dibutuhkan peru­sahaan. Pertamina bertekad untuk maju bersama in­dustri nasional lain di In­donesia.”•RILIS

Share this post