JAKARTA – “Kami menilai daya juang, mental dan tekad Rio Haryanto penuh semangat untuk bisa berprestasi lebih tinggi. Karena itu, Pertamina cukup confident, Rio akan bisa memberikan gebrakan selanjutnya. Inilah yang membuat Pertamina tetap mendorong Rio untuk bisa terus menyelesaikan 21 race-nya,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro dalam kesempatan Media Gathering, di Bloeming Cafe FX Senayan, Selasa (19/4).
“Sejak dibina oleh Pertamina dari tahun 2010, Rio terus membuktikan dirinya bisa memberikan prestasi yang terbaik. Jadi, kami memandang Rio sebagai sosok pemuda bertalenta yang dapat dijadikan role model bagi anak-anak muda di Indonesia,” ungkap Wianda.
Lebih lanjut Wianda mengatakan, Pertamina telah melakukan pembayaran pertama sekitar 2,250 juta Euro. Setelah menyelesaikan Race di Shanghai Cina, Pertamina lakukan pencairan dana kedua sekitar 1,5 juta Euro. Pertamina akan berkomunikasi langsung dengan manajemen Rio untuk seterusnya dilakukan pelunasan hingga mencapai 5 juta Euro seperti yang sudah disepakati.
Dalam kesempatan yang sama pengamat dan pendiri Komunitas Formula 1 di Indonesia, M. Wahab S mengaku telah mengamati sosok Rio yang dalam waktu 10 hingga 20 tahun ke depan di Indonesia tidak ada talenta yang sehebat Rio Haryanto. “Pertamina harus bersyukur sangat pas pilihannya mensponsori Rio Haryanto,” ungkapnya.
Wahab mengatakan meski Rio memiliki prestasi di GP2, tapi tidak bisa disamakan dengan balap F1. Perbedaan balap F1 dan GP2 sangat jauh, baik dari mobil sampai ke sistem pengoperasiannya. Hal ini tidak mudah bagi pemula seperti Rio. Namun jika melihat hasil perkembangan dari awal, Rio sudah banyak perkembangannya dan ini menunjukkan hasil yang positif.
“Jangan samakan Rio dengan pebalap F1 lain karena Rio benar-benar baru di F1, sedangkan pebalap lain sebelumnya sudah pernah berada dibalik kemudi F1, seperti Pascal Wehrlein, rekan satu tim Rio. Meski jadi pebalap baru, tapi sebelumnya Pascal adalah test driver Mercedes-Benz di F1,” lanjut Wahab.
Sementara itu, FI Technical Analyst & Columnist, Roy Daroyni juga turut mengamati dari sisi teknis Rio Haryanto belum menemukan pengaturan atau setting-an mobil yang pas. Hal itu dilihat dari tiga putaran F1 yang telah dilalui, yaitu di Australia, Bahrain, dan Shanghai. Setting-an tersebut harus menyesuaikan karakter driving style-nya. Dan setiap pebalap memiliki karakter yang berbeda.
“Mengatur setting-an mobil F1 itu luar biasa susahnya. Untuk bisa mahir terhadap setting-an tersebut perlu jam terbang bagi seorang pebalap karena pengalaman sangat menentukan untuk menemukan setting-an yang pas namun untuk pebalap seperti Rio sebagai pendatang baru di F1 perkembangannya sudah sangat baik,” ungkap Roy.•IRLI