Pertamina - UOP Kerja Sama Pengembangan Kilang

Pertamina - UOP Kerja Sama Pengembangan Kilang

MOU_PTM_UOPDENPASAR – Kesepakatan Bankable Feasibility Study (BSF) antara Pertamina dengan anak perusahaan Honeywell, yang berbasis di Amerika Serikat tersebut ditandatangani pada Senin (7/10), di sela-sela Forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), di Denpasar, Bali.

 

BFS secara parsial dibiayai oleh United States Trade and Development Agency (USTDA) dengan nilai grant 1,07 juta dolar Amerika, sedangkan sisanya menggunakan pendanaan internal. Rencana induk pengembangan kilang tersebut nantinya akan menjadi landasan bagi Pertamina untuk mencapai tujuan perusahaan menjadi World Class Downstream Business.

 

Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan mengatakan pihaknya perlu untuk memo­derni­sasi infrastruktur hilirnya untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, baik energi maupun produk petrokimia di Indonesia. “Dengan RDMP ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan Indonesia dari impor,” katanya Karen.

 

Saat ini, Pertamina mengo­perasi­kan kilang besar dengan total kapasitas 1,035 juta barel per hari, yang merupakan kapasitas terbesar di Asia Tenggara dan lima terbesar di Asia. Hal ini dapat menjadi keuntungan komparatif bagi Pertamina untuk mencapai targetnya menjadi pemain utama di sektor energi dan petrokimia di Indonesia maupun di kawasan.



 

UOP merupakan perusa­haan penyedia teknologi kilang minyak dan petrokimia terkemuka dunia, dan menjadi licensor uta­ma teknologi kilang-kilang Pertamina. Pertamina dan UOP telah bekerjasama dalam empat dekade terakhir. UOP akan me­ngembangkan rencana induk untuk meningkatkan nilai asset hilir Pertamina.



 

Kebijakan ini seiring de­ngan konsumsi bahan bakar di Indonesia telah mengalami peningkatan rata-rata 8% dalam 5 tahun terakhir. Hal ini seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertamina memperkirakan tren tersebut akan terus berlanjut dalam 5 tahun mendatang, dengan rata-rata pertum­buhan permintaan minimal sekitar 5% per tahun.



 

Sementara itu, pada saat yang sama, permintaan domestik untuk produk petrokimia juga diperkirakan terus meningkat, seiring tumbuhnya pusat-pusat ekonomi baru di luar Jakarta, terutama melalui pertumbuhan sektor manufaktur. Nilai pasar petrokimia Indonesia diperkirakan akan mencapai 30 miliar dolar AS pada 2018 dan Pertamina menargetkan untuk menguasai pangsa pasar sekitar 30%.•DSU

Share this post