Petik Penghematan Rp 646 Juta Via Cathodic Protection

Petik Penghematan Rp 646 Juta Via Cathodic Protection

20-Rig 2-39.3 D-1500-EJakarta – Dampak turunnya harga minyak mentah dunia sejak pertengahan 2014 tidak hanya dirasakan oleh perusahaan yang bergelut di bidang bisnis hulu minyak, semata. Hal tersebut juga berimbas pada perusahaan-perusahaan penunjang yang bergerak dibidang jasa pengeboran dan produksi minyak, yakni kelesuan aktivitas pengeboran akibat langkah penghematan yang radikal serta rekalkulasi biaya-biaya, baik untuk investasi maupun operasi. Kondisi demikian dialami oleh salah satu anak perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang bisnis intinya bergerak dalam bidang penyediaan jasa dan manajemen pengeboran serta perawatan sumur, yaitu PT. Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI).

 

Sejak harga minyak mentah dunia melorot drastis dari US$ 100 per barel menjadi dibawah US$ 50 per barel, membuat perusahaan-perusahaan hulu migas membatasi aktivitas pengeborannya. Ambil contoh PT Pertamina EP (PEP) yang merupakan pasar utama PDSI sepanjang 2015 hanya melakukan kegiatan pengeboran sampai April. Demikian pula dengan operasi dalam semester I/2016, kegairahan dan agresivitas pengeboran masih belum pulih kembali, seiring harga minyak mentah dunia yang masih tertekan.  Akibatnya beberapa rig PDSI berstatus idle dan demobilisasi ke yard/staging area. ”Kondisi ini merupakan hal terberat bagi upaya kesinambungan optimalisasi pendapatan PDSI,” kata Direktur Utama PDSI, Lelin Eprianto saat ditemui beberapa waktu lalu.

 

Tantangan terberat pada saat rig sedang idle di outdoor lapangan staging area dalam waktu yang lama adalah serangan korosi, karena itu dibutuhkan maintenance untuk mencegahnya. Di sisi lain, dalam kondisi krisis seperti ini berbagai kebijakan efisiensi dilakukan oleh manajemen terutama pemangkasan biaya-biaya tidak langsung ber­hubungan dengan aktivitas yang secara cepat menghasilkan pendapatan, seperti peniadaan biaya tambahan untuk awak rig, biaya sewa alat berat, hingga ke penutupan anggaran pengadaan material untuk kegiatan perbaikan/maintenance rig sedang idle. Oleh karenanya, kegiatan pemeliharaan untuk menjaga performa rig menjadi terkendala. “Untuk mengantisipasi kondisi demikian, terobosan-terobosan kreatif dan inovatif terus dikembangkan untuk mencari alternatif solusi dalam menghadapi kendala-kendala itu, supaya perusahaan tidak hanya sekedar ber­tahan namun pada saatnya siap melompat untuk tumbuh ber­kelanjutan,” tambah Lelin mewartakan kiatnya.

 

Lewat perspektif tersebut engineer PDSI mencari berbagai jurus untuk membuat aset-aset PDSI tetap andal dan siap kerja kapanpun peluang terbuka. Seperti yang dilakukan oleh engineer PDSI project Jawa yang tergabung dalam kelompok Gugus Kendali Mutu (GKM) Al Kahfi. Tim ini melakukan tindakan pencegahan korosi pada perangkat rig PDSI #37.3/F200-E yang sedang idle di yard Bongas, Jawa Barat, khususnya pada unit mud  tank dengan menggunakan cathodic protection metode arus paksa. Berdasarkan analisa faktor penyebab masalahnya, korosi terjadi karena belum ada sistem proteksi khusus alias masih menggunakan cara-cara konvensional, yang mampu melindungi peralatandari korosi secara menyeluruh dan optimal. Selain itu banyaknya peralatan dengan area penampang yang luas dan sulit dijangkau pengecatan, diperparah dengan kadar garam yang terkandung dalam udara juga cukup tinggi, sehingga mengakselerasi  proses terjadinya korosi. “Ujungnya, dari masalah ini adalah masa pakai mud tank menjadi lebih pendek,” jelas Hilman Hilmawan, Rig Superintendent PDSI.

 

Lebih lanjut, menurut Hilman, GKM Kahfi melakukan langkah-langkah untuk mengatasi masalah percepatan korosif tersebut, diantaranya dengan mengukur resistivitas tanah di Daerah Bongas, menghitung kebutuhan arus proteksi, serta melakukan instalasi cathodic protection jenis arus paksa. Hal ini dilakukan untuk melindungi body mud tank secara menyeluruh dan optimal. Selain itu dilakukan juga penutupan bagian atas mud tank menggunakan terpal plastik untuk mencegah kontak langsung dengan sinar matahari, air hujan, dan menjaga kelembaban body mud tank. Hasil dari instalasi cathodic protection ini bisa dilihat dari pengukuran ketebalan mud tank sebelum dan sesudahnya dengan menggunakan ultrasonic thickness gauge. Pengukuran ketebalan dinding mud tank dilakukan pada keempat sisinya. Dari hasil pengukuran itu, diperoleh fakta rata–rata penurunan laju korosi pada tebal dinding mud tank dari 0.51 mm/tahun menjadi 0.24 mm/tahun.

 

Berdasarkan SK. No. Kpts. 01/C00000/2013-S0 lifetime tangki yang seharusnya hanya 10 tahun. Namun, dengan adanya proteksi katodik tersebut maka sisa lifetime awal yang tinggal 2 tahun (perolehan 2007) dapat diperpanjang selama 7,66 tahun lagi, sehingga total lifetime mud tank unit Rig PDSI #37.3/F200-E  menjadi 9,66 tahun. Dengan begitu, jika dikalkulasikan inovasi cathodic protection metode arus paksa dimaksud berpotensi menghemat biaya pemeliharaan  mud tank yang akan dikeluarkan PDSI sekitar Rp. 646.800.000. Proteksi metode ini menjadi solusi tepat dan efektif untuk menjaga lifetime mud tank setiap rig yang sedang idle di drilling yard area, sehingga rig bisa cepat mempersiapkan diri manakala sewaktu-waktu diprogramkan untuk beroperasi. “Keuntungan lain, cathodic protection metode arus paksa ini tidak membutuhkan banyak SDM, diinstal sekali saat di awal, murah, bekerja secara menyeluruh pada bidang yang diproteksi dan mengurangi frekuensi pemantauan sehingga sangat cocok diterapkan pada rig yang sedang idle,” pungkas Hilman mengakhiri perbincangan.•DIT.
HULU

 

Share this post