JAKARTA - Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan kick off Manajemen Data Terintegrasi (MDT) pada Rabu (30/4) di kantornya Menara Cakrawala, Jakarta. Hadir dalam kick off tersebut Direktur Utama PGE Rony Gunawan, Direktur Operasi Richard Tamba, VP UTC Sigit Rahardjo dan jajaran manajemen lainnya. Juga hadir Chief Data & Geomatics PUDC (Pertamina Upstream Data Center) Usman.
Rony menyatakan bahwa kick off ini merupakan langkah maju, karena diperlukan waktu yang lama untuk merealisasikan Manajemen Data Terintegrasi. Banyak persoalan teknis yang membuat realisasi MDT membutuhkan waktu lama.
Ia menyatakan, pemeliharaan data yang baik akan membuat data tersebut memiliki nilai jual yang bisa menghasilkan profit bagi perusahaan. “Data seperti itu di industri migas dan panasbumi bisa menjadi duit. Karena dengan data itu, orang bisa menjual lagi, wilayah tersebut bisa dikerjakan lagi dengan pendekatan yang berbeda,” ujar Rony.
Rony menyebutkan contoh data yang semula dianggap usang, ternyata bisa dikerjakan lagi setelah diinterpretasikan ulang.
Misalnya lapangan Arun yang dikerjakan Mobil Oil, adalah peninggalan Stanvac. Begitu juga dengan lapangan Minas eks Stanvac, yang kemudian digarap oleh Caltex. “Itulah mengapa data sedemikian penting, karena semua data itu adalah kekayaan,” tegasnya.
Dalam presentasinya, menurut sebuah survei, Tim Implementasi dari UTC menegaskan pentingnya data yang akan di-maintain dalam industri oil and gas. Dari survei tahun 2011 ditunjukkan bagaimana pentingnya pemahaman subsurface understanding, berpengaruh dalam peningkatan produksi (62%), pengembangan asset (73%), dan peningkaan cadangan (83%).
Untuk pemahaman subsurface, dipengaruhi 4 hal, yaitu people, data, tools dan proses. Dari keempat hal ini, yang paling signifikan adalah data. “Jadi data-data ini sangat penting untuk subsurface understanding,” tutur juru bicara Tim Implementasi.•URIP