JAKARTA - Dengan harga minyak yang fluktuatif, banyak perusahaan minyak dan gas (migas) cenderung menahan investasi baru dan fokus untuk menjaga produksi yang sudah ada. Kondisi ini memberikan tantangan bagi dunia eksplorasi migas.
Tim eksplorasi dituntut terus menemukan sumber daya migas baru kelanjutan bisnis perusahaan di masa depan. Sedangkan di sisi lain, play hidrokarbon yang ada dan menjadi tulang punggung produksi perusahaan, sudah banyak dieksploitasi dan mulai mengalami penurunan produksi (decline). Untuk menopang kesinambungan produksi tentunya diperlukan play baru.
Langkah strategis yang diambil oleh Direktorat Eksplorasi PHE dalam menjawab tantangan tersebut dengan melakukan studi integrasi G&G dan mengevaluasi kembali setting geologi regional untuk mencari play concept baru serta potensi baru untuk meningkatkan Reserves Replacement Ratio (RRR).
Saat membuka Workshop Eksplorasi “Study North East Java Basin: Paleogene Potential & Challenges” akhir Agustus lalu, Direktur Eksplorasi Rudy Ryacudu menegaskan meskipun dalam semangat efisiensi, pencarian potensi migas baru tidak boleh berhenti. “Mencari new play concept tidak harus di frontier area yang jauh dari fasilitas produksi dan infrastruktur existing. Namun bisa juga mencari di area yang sudah lama proven namun dengan konsep eksplorasi yang berbeda.”
Studi North East Java Basin diangkat sebagai tema workshop karena merupakan cekungan sedimen yang memiliki konfigurasi struktural dan stratigrafi yang kompleks. Walaupun sudah cukup lama dieksplorasi dan diproduksi, namun sampai saat ini para eksplorasionis meyakini masih terdapat potensi yang cukup besar di cekungan ini, salah satunya adalah potensi hidrokarbon di umur geologi Paleogen (target dalam).
Tak hanya dihadiri peserta dari lingkungan Pertamina, dan anak perusahaan PHE, workshop ini juga menghadirkan pakar geologi dari UPN Veteran Yogyakarta, Dr. C. Prasetyadi untuk memberikan sesi presentasi. “Tectonostratigraphy North East Java Basin” .
Salah satu peserta Fitriyanda menilai workshop ini sangat baik karena dapat menambah pengetahuan geologi regional NEJ Basin , serta menjadi ajang sharing knowledge. Hal serupa dikemukakan oleh Chief Geologist PHE WMO Arya Nugraha. “Workshop ini memperkaya pemahaman kami mengenai potensi Paleogene di East Java Basin. Kami sangat senang dan bangga bisa berbagi pengetahuan geologi dengan rekan-rekan AP PHE lainnya. Mudah-mudahan dengan adanya workshop ini, dapat menghasikan penemuan hidrokarbon yang signifikan pada interval Paleogene untuk kemajuan Pertamina,” pungkasnya.•PHE