PHE NSB & NSO: Rawat Produksi dengan Segala Kiat



JAKARTA - Pertamina lewat kebijakan anorganik, mengakuisisi Blok North Sumatera B (NSB) dan Blok North Sumatera Offshore (NSO) pada 2015 dari pengelola awal ExxonMobil Indonesia. Kedua blok produksi tersebut selanjutnya dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi NSB & NSO. Dalam pengelolaan PHE NSB & NSO, selama 2 tahun terakhir dengan asset sumur dan fasilitas relative tua, produksi kedua blok tersebut masih tetap terjaga. “Kinerja produksi gas dalam semester I/2018, mencapai 153,02 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) atau 141% dari target RKAP 2018 108 MMSCFD,” ungkap Akmad Miftah, General Manager PHE NSB & NSO (9/7/2018). Begitu pula produksi kondensat, terus di atas target selama dua tahun berturut-turut. Capaian tersebut berlanjut hingga Semester I/2018 sebesar 1.896 barel kondensat per hari (BCPD), atau 102% dari target RKAP 1.859 BOPD.

Lebih lanjut Miftah menjelaskan, upaya pencapaian kinerja produksi tersebut diperoleh dari konsistensi langkah-langkah yang dijalan­kan oleh seluruh jajaran PHE NSB & NSO meliputi: pemastian remaining reserve, integrity fasilitas produksi, serta ketersediaan MDEA (Metil Di Etil Amine) dan Flexorb yang cukup aman. “Selain itu, kinerja reservoir dan kinerja sumuran di Lapangan NSO juga tidak ada masalah. Dari tujuh sumur produksi di NSO kemampuannya masih cukup apabila produksinya ditingkatkan,” tambah Miftah. Menurut Miftah, berhubung fasilitasnya sudah tua dan kandungan H2S sangat  tinggi maka manakala produksi hendak ditingkatkan, perlu sebelumnya diyakinkan betul terkait integriti fasilitas produksi, dan ketersediaan chemical pun harus tercukupi.

Selain itu, peningkatan produksi kondensat di Blok PHE NSB, dilakukan dengan cara memperbaiki sistem kondensasi dan sistem drain. Perbaikan tersebut ditempuh dengan jalan re-aktifasi condensate recovery, supaya secara bertahap mampu meningkatkan produksi kondensat sebesar 500 BCPD. Dulunya, metode itu sudah diterapkan oleh ExonMobil. Namun, karena ketika itu sering terjadi plugging dan pernah mengakibatkan fluida (air & kondensat) tumpah, maka oleh mereka metode tersebut dihentikan. “Kemudian PHE PSB & PHE NSO melakukan beberapa penyempurnaan pada metode itu, sehingga potensi pencemaran lingkungan akibat tumpahnya fluida dapat dihindari,” ujar Miftah.

Terkait dengan upaya pening­katan reserve to production (R/P), PHE NSO merencanakan pengeboran tiga sumur eksplorasi, masing-masing satu sumur dilakukan akhir 2018 dan dua sumur berikutnya dilaksanakan pada 2019. Pekerjaan workover dalam semester I/2018 ini meliputi    empat sumur. Tujuannya, untuk memastikan bahwa kondisi sumur-sumur lama cukup aman dari sisi HSSE, dengan jalan penutupan permanen (plug & abondement). “Pada Semester I/2018, dalam rangka melakukan efisiensi kami mampu menekan anggaran operasi sebesar 5% atau sekitar 500 ribu USD,” imbuh Miftah.
Blok NSB terletak di daerah Kabupaten Aceh Utara, sementara Blok NSO berlokasi di kawasan lepas pantai Bireun, Lhoukseumawe (Aceh Utara), dan Aceh Timur. Kedua blok ini, pra 2015 dikelola oleh ExxonMobil Oil Indonesia Incorporation (EMOI). Blok B mulai berproduksi pada 1977  dengan puncak produksi 3.400 MMSCFD. Sedangkan Blok NSO berproduksi sejak 1996 dengan puncak produksi 400 MMSCFD. Produksi utama kedua blok ini berupa gas dan kondensat yang menjadi feedstock kilang LNG PT. Arun NGL, ketika kilang LNG tersebut masih beroperasi pada 1978- 2014. •DIT. HULU

Share this post