PHE Nunukan Petik Keberhasilan Lewat Sumur Taruhan

PHE Nunukan Petik Keberhasilan Lewat Sumur Taruhan

20-PHENC_Rig Raniworo Di Sumur Parang -1 (2)JAKARTA – Minyak mengalir sebanyak 2.500 barel per hari (BOPD), ketika Uji Kandungan Lapisan (UKL) ke-3, pengeboran sumur taruhan (wildcat) lokasi Parang – 1, Kamis (16/3) lalu. Api diiringi asap hitam dari crude oil yang dibakar di ujung pipa flare membubung tinggi ke udara, sesaat setelah Rudy Ryacudu, Direktur Eksplorasi Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama A. Alfian Husein, GM PHE Nunukan Company (PHENC), dan Budi Tamtomo, VP Operasi Eksplorasi PHE membuka choke manifold. Intensitas nyala api menunjukkan cadangan hidrokarbon cukup signifikan dikandung dalam  lapisan  batuan reservoir Struktur Parang yang berada sekitar 9 km di perairan timur P. Bunyu, offshore Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (Kaltara). “Alhamdulillah, kali ini kami dapatkan reservoir minyak,” ucap Alfian mengutarakan rasa syu­kurnya.

 

 Menurut Alfian, sumur eksplorasi lokasi Parang-1 ditajak 27 Desember 2016 dan mencapai kedalaman akhir 11.000 ft pada 2 Februari 2017. Pengeboran dilaksanakan dengan Jack-up Rig 2000 HP “Raniworo” Apexindo, berkapasitas 2.000 HP. Total waktu yang dihabiskan untuk pelaksanaan pengeboran (drilling days) sebanyak 36,5 hari. Operasi ini lebih cepat dari rencana yang diajukan dalam drilling program, yakni 48 hari pengeboran termasuk pemasangan mud line suspenser (MLS) 2,5 hari, suatu kinerja operasi pengeboran yang membanggakan. “Pemasangan MLS ini agar sumur tersebut dapat dikonversi menjadi sumur produksi, dengan demikian bisa menghemat biaya satu sumur,” imbuh Alfian.

 

Kemudian, Alfian menjelaskan bahwa berdasarkan hasil evaluasi data sumur, terutama dari data analisa log listrik (electric log) dan well cutting, manajemen PHENC mendapat persetujuan untuk melakukan 7 interval UKL sampai akhir April 2017. Hingga 16 Maret 2017 lalu telah diselesaikan sebanyak 3 UKL, masing-masing adalah: UKL – 1 kedalaman 10.700 – 10.650 ft, dalam Formasi Tabul tidak menghasilkan; UKL – 2 interval 9.069 – 9.050 ft di Formasi Santul menghasilkan gas tapi tidak ekonomis; dan UKL – 3 selang 5.848 – 5.811 ft pada Formasi Tarakan menghasilkan 2.500 BOPD.

 

Lebih lanjut, terang Alfian, kunci keberhasilan pengeboran eksplorasi lokasi Parang - 1 adalah profesional teamwork dan comprehensive readiness. Baik personil, peralatan, maupun unsur penunjang (services) yang diperlukan harus sudah betul-betul siap, di samping engineering dan operation plan sudah firm terlebih dahulu. “Sebelum itu firm kami melakukan drill work on paper, yakni seolah-olah melakukan drilling tapi hanya di atas kertas saja untuk mengetahui dimana ada kekurangannya, sebagaimana diatur dalam PDW (Pertamina Drilling Way). Setelah kekurangan itu dilengkapi barulah dieksekusi,” papar Alfian.

 

Terkait dengan Health Safety Security & Environment (HSSE), Alfian mengatakan bahwa untuk urusan kesiapan, keandalan, dan juga penerapan prinsip HSSE tidak ada kata permisif karena berpotensi mengundang masalah di belakang hari. “Operation Excellent merupakan capaian yang kita targetkan termasuk HSSE di da­lamnya,” tegas Alfian. Setelah semua data ketujuh UKL konklusif maka selanjutnya, jajaran PHENC akan menyiapkan beberapa opsi beserta detailnya untuk dipilih oleh manajemen PHE sebagai shareholder, bersama partners. “Tentu kami akan memberi saran atau usulan, mana opsi terbaik yang paling menguntungkan bagi peru­sahaan, tidak hanya menyangkut operational namun juga bagaimana memonetisasi asset di Blok Nunukan ini kemudian hari,” jelas Alfian.

 

Sementara itu, menurut Rudy Ryacudu, secanggih apapun teknologi yang diterapkan di belakangnya harus ada sumber daya manusia (SDM) unggul. Sebab, teknologi hanyalah alat semata. Untuk itu diperlukan pendekatan konseptual yang dibangun atas basis pijakan pengetahuan serta ketajaman pengalaman SDM yang tergabung dalam explorionist group. “Di atas semua hal dimaksud, cadangan sumber daya alam migas, ini adalah milik Allah maka hanya atas izin-Nya jualah kita bisa memperoleh keberhasilan,” ujar Rudy menyikapi kegagalan dan keberhasilan tiga kali UKL yang sudah dilakukan. Rudy menambahkan dari sumur ini cadangan  migas (Contingent Resources) yang diharapkan sebesar lebih dari 100 juta barel ekuivalen (MMBOE). “Kita akan segera memastikan nilai cadangannya dengan melakukan pengeboran  appraisal well secepatnya, setelah data seismic 3D diperoleh,” terang Rudy. Ia berharap penemuan ini akan memberi kontribusi bermakna bagi pengembangan wilayah Kaltara yang merupakan kawasan per­batasan dengan Malaysia. “Menyusul keberhasilan di lokasi Parang-1, ini akan memicu kegairahan kegiatan pengeboran se­lanjutnya di struktur-struktur lain, yang posisinya lebih mendekat ke P. Bunyu,” kata Rudy mewartakan program strategisnya.

 

PHENC mulai mengelola Blok Nunukan sejak 15 Februari 2013, setelah mengakuisisi dan mengambil alih hak operatorship dari Anadarko, perusahaan Amerika Serikat, yang sempat melakukan satu  pengeboran wildcat, sumur Badik-1. Pengeboran pertama yang dilakukan PHENC adalah sumur Badik – 2 pada 13 September 2013, menghasilkan minyak. Berikutnya, pengeboran sumur Badik – 3 pada Januari 2014 dengan hasil minyak dan gas. “Kemudian, kami melakukan pengeboran sumur taruhan West Badik – 1 pada Mei 2014, juga berhasil  menemukan minyak dan gas. Jadi, pengeboran eksplorasi Parang – 1 merupakan sumur ke-4 yang dibor PHENC. Alhamdulillah, ke-4 sumur tersebut berhasil menemukan cadangan baru minyak dan gas. Artinya, suk­ses rasio pengeboran eksplorasi PHENC, sejauh ini adalah 100%,” pungkas Alfian menyatakan keandalan SDM Pertamina dalam mengelola wilayah kerja eksplorasi di lepas pantai.

 

Participating interest PHENC di Blok Nunukan sebesar 64,5%, sekaligus bertindak selaku operator, sementara sisanya 23% dimiliki oleh Videocon Indonesia Nunukan Inc. dan 12,5% lainnya kepunyaan BPRL Ventures Indonesia B.V.•DIT.
HULU

 

Share this post