Jakarta – Industri minyak dan gas (migas) merupakan kegiatan eksplorasi, eksploitasi dan produksi sumber daya mineral yang sarat akan resiko. Menyadari tingginya resiko kecelakaan kerja yang mengintai setiap pekerjanya, PT Pertamina (Persero) sebagai satu-satunya perusahaan energi nasional sangat mengedepankan aspek health safety security & environment (HSSE). Seperti yang dikatakan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama sekaligus Direktur Hulu PT Pertamina, Muhamad Husen, “Tidak ada tawar menawar terhadap aspek HSSE, setiap pekerja harus mengerti serta mengedepankan hal tersebut terutama yang bertugas di wilayah kerja dengan level kecelakaan yang sangat tinggi seprti di offshore,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Sejalan dengan yang dikatakan Husen, Executive VP/GM Pertamina Hulu Energi-Offshore North West Java (PHE ONWJ) Jonly Sinulingga mengatakan (10/10), bahwa aspek HSSE menjadi perhatian utama yang tidak boleh dikesampingkan. Maka agar budaya safety first terpatri di setiap jiwa pekerja, manajemen PHE ONWJ membuat program Star Trek yang mendorong pekerja untuk bangga karena telah memahami pentingnya aspek keselamatan kerja. Tingkat pemahaman itu diwujudkan dengan penyematan tanda bintang 1 sampai 4 pada safety helmet-nya sesuai dengan tingkat pemahaman mereka terhadap aspek keselamatan. “Contohnya, bintang satu mengartikan bahwa pekerja tersebut telah mengerti bagaimana keselamatan untuk dirinya sendiri. Selain bintang ada juga tanda seperti obat nyamuk yang berarti pekerja tersebut belum mengerti bagaimana menjaga keselamatannya dirinya , nah inilah yang perlu kita intervensi,” jelas Jonly lebih detail.
Diharapkan dengan program ini bisa membuat para pekerja untuk berprilaku taat terhadap asas-asas HSSE. Kesadaran terhadap asas-asas HSSE memang bukan hal yang bisa dilakukan dengan instan, harus diawali dengan pelatihan dan adanya endorsement serta harus ada figure nyata yang memberikan teladan di sekitar mereka. “Program ini memang kami tujukan untuk teman-teman yang berada di offshore karena level resiko kecelakaan kerja yang mereka tanggung sangat tinggi,” lanjut Jonly.
Bukti keseriusan PHE ONWJ dalam mengutamkan HSSE tercermin dengan keberhasilan mencatatkan total recordable incident rate (TRIR) per September 2014 sebesar 0,16 melebihi dari target yang ditetapkan Persero untuk TRIR adalah sebesar 0,64, dengan catatan 44,6 juta jam kerja tanpa loss time injury (LTI). Berbagai sertifikasi guna mendukung kegiatan operasi perusahaan juga turut dilakukan seperti sertifikasi ISO 14001 bagi tim Transportasi dan Facilities Management dalam melakukan konservasi energi. Kemudian beberapa fasilitas seperti FPSO Arco Ardjuna, ORF Muara Karang, ORF Tanjung Priok, dan ORF Cilamaya telah tersertifikasi ISO 50001 mengenai Sistem Manajemen Energi.
“Di luar itu masih seabrek penghargaan lain yang diperoleh PHE ONWJ pada level nasional maupun internasional terkait dengan HSSE,” ungkap Jonly mengakhiri perbincangan.•DIT.HULU