PHE WMO Meningkatkan Produksi di Tengah Penurunan Alami

PHE WMO Meningkatkan Produksi di Tengah Penurunan Alami

Java _StarUsaha keras dan cerdas yang dilakukan Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura Offshore (WMO) dalam meningkatkan produksi, di tengah penurunan alami melalui berbagai proyek mutakhir terus dipacu. Beberapa proyek anyar tersebut, malah diselesaikan de­ngan sangat memuaskan.Di antaranya, pemasangan anjungan baru di lapangan PHE KE-38B. Proyek ini menjadi rekor tersendiri bagi PHE WMO karena persetujuan plan of de­velopment (POD) dapat diakselerasi, hanya dalam waktu 6 bulan pasca pengeboran sumur eksplorasi terakhir di cluster tersebut. Maka, tidak heran jika proyek ini dianugerahi predikat Break Through Project oleh PT Pertamina Persero.

 

Hal yang cukup mem­bang­gakan lagi adalah pada 2012 ketika dalam jangka 8 bu­lan 21 hari – 22 Juni 2012 sumur eksplorasi selesai dibor hingga 13 Maret 2013 sumur pengembangan rampung – mi­nyak dan gas sudah dapat mengalir dengan produksi awal sebesar 5.300 BOPD dan 5 MMSCFD.

 

Meski secara bertahap ber­bagai kesuksesan telah diraih, namun sejalan dengan itu target pun semakin ditingkatkan. Da­lam rangka mewujudkan hal tersebut, pada 2013 PHE WMO menaikkan anggaran produksi menjadi hampir satu miliar dolar Amerika dengan target produksi puncak blok tersebut sebelum diterlantarkan oleh operator lama (KODECO) dapat dicapai kembali.  “Kalau dulu budget-nya 100-200 juta dolar AS, sekarang sudah miliaran dolar. Kami tidak bisa mengelak karena itu memang sudah menjadi program PHE WMO, untuk mengembalikan  tingkat produksi sebelum diambil alih bahkan melewatinya,” jelas Bambang H. Kardono, VP & GM PHE WMO saat itu.

 

Dengan dana tersebut 4 rig dioperasikan untuk penge­boran 30 sumur baru yaitu, 9 sumur eksplorasi, 21 sumur pengembangan, dan 20 proyek well sevice. 33 projek baru juga turut dikerjakan, seperti pem­buatan 3 platform baru, pipeline sectional relocation, instalasi 16” pipa dari lapangan baru PHE KE-38B ke PPP, penggunaan lift boat, 7 kegiatan maintenance, MOPU dan lain-lain menjadi agenda pekerjaan 2013.

 

Cuaca buruk di awal 2013 menyebabkan pemasangan pipa penyalur hasil produksi minyak dan gas dari sumur eksploitasi menjadi tertunda. Sampai akhir 2013 rata-rata produksi minyak blok WMO mencapai 18.086 BOPD, sedangkan gas di level 114,5 MMSCFD. Walaupun, pada pertengahan 2013 lalu PHE WMO mampu memproduksi minyak mentah 26.282 BOPD dan produksi gas mencapai 125 MMSCFD, serta di akhir 2013 produksi harian PHE WMO juga di atas 22.000 BOPD, namun karena dampak cuaca itu, maka target produksi yang ditantang pemerintah sebesar 20.443 BOPD untuk minyak dan gas 143.1 MMSCFD secara rata-rata sepanjang tahun lalu belum tercapai.

 

Proyek lain yang berhasil dituntaskan pada 2013 adalah kesuksesan PHE WMO melaksa­nakan survey seismic 3D Broad­band seluas 900 km2. Survey tersebut dimaksudkan untuk menambah contingent resources (2C) sebesar 29.98 juta barel minyak (MMBO) dan 60.24 miliar kaki kubik (BCF) gas, atau 40.02 juta barel minyak ekuivalen (MMBOE), serta meningkatkan cadangan (P1) sebesar 16.8 MMBO dan 62.5 BCF gas, atau 27.6 MMBOE.

 

Dalam 2014, ini PHE WMO menargetkan produksi minyak dan gas sebesar 20.770 BOPD dan 117 MMSCFD. Diprediksi hasil ini mampu menyokong lifting minyak nasional, sedangkan gasnya akan digunakan untuk mengoptimalkan penyediaan sumber daya pembangkit energi listrik PLN dan bahan baku industri di wilayah Jawa Timur Utara, seperti petro kimia, pupuk, semen,  dan lain-lain.

 

Reputasi yang diukir oleh PHE WMO merupakan bagian dari respon strategis Pertamina dalam menyambut tantangan dalam mengelola blok migas lepas pantai. Kinerja PHE WMO, bukan hanya mampu melawan decline rate yang tinggi, namun juga berhasil melampaui produksi minyak dari periode sebelumnya.•IV

Share this post