Kiprah PT Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) semakin kesohor. Belum genap empat tahun mengelola blok tersebut, kinerjanya tambah menyala. PHE dipercaya mengelola Blok West Madura Offshore pada 7 Mei 2011, hanya beberapa jam sebelum kontrak Kodeco Energy (selaku operator sebelumnya) berakhir.
Sempat anjlok hingga level 13 BOPD (ribuan barel per hari ) pada kwartal-I/2011, akan tetapi berkat sentuhan tangan dingin SDM Pertamina angka produksi blok yang berlokasi di Lepas Pantai Jawa Timur Bagian Utara, itu secara pasti kembali meningkat. Pada akhir 2013 produksi harian blok WMO mencapai 24.993 BOPD dan produksi gas 125 MMSCFD (juta kaki kubik per hari). Angka tersebut merupakan pencapaian produksi minyak tertinggi dalam sejarah WMO.
Secara alami tantangan terbesar di WMO adalah natural decline yang sangat tinggi. Kalau manajemen tidak melakukan tindakan, maka penurunan alamiahnya bisa mencapai 50 persen per tahun. “Kita harus mengebor terus untuk melawan natural decline itu,” demikian ucap Bambang H. Kardono, ketika masih menjabat Executive VP & GM PHE WMO. Namun, tanpa investasi aktifitas eksplorasi dan pengembangan sejak 2004, jumlah lokasi yang siap bor semakin berkurang. Oleh sebab itu, merancang strategi percepatan pengeboran pengembangan dari hasil temuan eksplorasi adalah keniscayaan yang harus diakselerasi, di samping mengatasi decline rate.
Menyadari tantangan yang harus diantisipasi maka, sebagai bukti keseriusan dalam mengelola Blok WMO, PHE menggelontorkan anggaran 3 kali lebih besar pada 2012 untuk mengangkat produksi. Dengan dana tersebut dua rig ditambah secara bertahap pada 2012, sehingga PHE WMO memiliki tiga rig yang siap operasi. Ketiga rig itu digunakan untuk pengeboran 21 sumur baru dengan rincian, 9 sumur eksplorasi dan 12 sumur pengembangan, 14 sumur kerja ulang, serta 3 well service. Di samping itu digarap juga 19 proyek baru antara lain pembuatan tiga anjungan baru dan pengaktifan kembali satu anjungan lama, pemasangan pipa bawah laut, serta empat kegiatan maintenance.IV