JAKARTA– “Kita ingin selalu aware terhadap masalah HSSE, terutama safety, sehingga semua kegiatan kita terhindar dari bencana dan malapetaka,” demikian dikatakan oleh Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam ketika membuka acara Upstream HSSE Forum yang berlangsung di Lantai 21 Gedung Utama, Senin (13/6). Hadir dalam acara tersebut adalah Direktur Utama PIEP Slamet Riadhy, SVP Eksplorasi Direktorat Hulu Doddy Priambodo, dan para direksi AP Hulu lainnya.
HSSE Forum menghadirkan tiga pembicara dari PT Pertamina International EP (PIEP) yang membagi pengalamannya bekerja dalam operasi Pertamina di Gurun Algeria. Ketiganya adalah Budi Prasetyo, Doni Fajar dan Deddy Syam. Sebagaimana diketahui, Pertamina adalah operator di lapangan MLN, salah satu dari tiga lapangan yang dimiliki Pertamina.
Budi Prasetyo membahas bagaimana mengelola proyek dengan safety di gurun Algeria, termasuk kesulitan dan kendalanya. Sementara Doni Fajar menekankan aspek safety dan mitigasi risiko keamanan. Terakhir, Deddy Syam membahas mamelihara kesehatan di gurun pada bulan Ramadhan.
Syamsu Alam mengakui keunikan operasi Pertamina yang lokasinya terpencil di tengah gurun di Algeria. “Di Algeria ini kita operator di salah salah lapangan, dan isu utamanya adalah masalah sekuriti,” katanya.
Operasi di Algeria menjadi pengalaman Pertamina yang berharga dalam mengelola lapangan di tengah gurun. Apalagi di saat Ramadhan saat ini yang puasanya bisa berlangsung 16 jam, Pertamina melakukan plant shutdown. “Dengan sinergi teman-teman PIEP dan support dari teman-teman APH yang lain, saya kira apa yang di-share bagus sebagai pelajaran ke depan.”
“Ini acara yang bagus. Kita tidak melulu bicara masalah safety, tetapi kita juga mendiskusikan kegiatan operasional yang berkaitan dengan kinerja Anak Perusahaan Hulu, karena bisa menjadi pelajaran untuk APH yang lain.”
Sementara Slamet Riadhy menjelaskan tentang operasi Pertamina di Algeria. Pertama, lokasinya yang sangat terpencil. Kedua, temperaturnya yang sangat tinggi dimana pada bulan Juni dan Juli bisa mencapai 58 derajat celsius. Dan yang ketiga, faktor keamanan yang sangat rawan.
Namun dengan berbagai kendala tersebut, Slamet Riadhy melanjutkan, PIEP berhasil meningkatkan produksi dari Algeria. “Hari-hari ini kita harapkan bisa meningkatkan produksi dari 15.000 barel/hari menjadi sekitar 17.000 sampai 18.000 barel/hari,” lanjut Slamet Riadhy. “Ini karena milintasi teman-teman di sana. Bahwa ini bukan sekadar tugas dari Pertamina, tetapi juga tugas dari negara untuk membawa minyak itu ke Indonesia.”•URIP