Presiden Dukung Penuh Pertamina

Presiden Dukung Penuh Pertamina

Jakarta - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan apresiasi yang tinggi atas lifting minyak Pertamina yang menempati urutan ke-2 di antara 21 perusahaan migas nasional. Pertamina diminta untuk terus memacu kinerja agar dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, termasuk memperkuat basis bisnisnya di luar negeri.


Hal tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam konferensi pers usai menggelar sidang kabinet terbatas bidang energi di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Selasa (7/8). SBY secara khusus memberikan apresiasi karena lifting Pertamina mencapai 132 ribu barrel oil per day (bopd). "Hal ini menyenangkan karena tentunya harapan kita Pertamina menjadi tuan rumah di negerinya sendiri seraya untuk memperkuat basis bisnisnya di negara sahabat,"ucap SBY.


Dalam kegiatan yang juga dihadiri Wakil Presiden R I Boediono, SBY juga mengharapkan sektor energi memiliki ketahanan yang kuat dalam tiga hingga lima tahun mendatang. Sehingga kondisi global tidak mempengaruhi ketersediaan energi bagi konsumsi dalam negeri termasuk kenaikan harga minyak maupun komoditas lainnya. Presiden juga memastikan kebijakan, regulasi dan apa yang dilakukan oleh Pemerintah beserta jajaran BUMN yang dikoordinasikan oleh Menteri ESDM benar-benar berjalan secara efektif untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditetapkan, sehingga tercapai ketahanan energi nasional yang lebih baik.


Berkaitan dengan ketersediaan energi gas pada tahun-tahun mendatang, Presiden meminta kementerian terkait agar lapangan-lapangan eksplorasi yang kini tengah dibangun bisa beroperasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. "Gas bukan hanya mengeksplorasi dan memproduksi tapi juga diperlukan infrastruktur agar bisa didistribusikan dengan baik.Oleh karena itu terus kita kembangkan produksi dan distribusinya," tambah Presiden. Proyek-proyek migas di East Natuna, Masela, Tangguh, Cepu dan tempat lainnya akan segera direalisasikan. "Produksi gas di Masela-Maluku, Papua, dan Cepu-Jawa Tengah, rata-rata akan berproduksi pada 2018. Namun untuk Cepu diharapkan pada 2014 sudah berproduksi," tegasnya.


Semua yang dikerjakan tersebut, menurut SBY, dimaksudkan agar pada tahun 2018 dan seterusnya ketahanan energi Indonesia lebih kuat. "Sehingga di masa depan kita memiliki basis energi yang semakin berketahanan," kata SBY.


Terkait dengan konversi BBM ke Gas, SBY menegaskan program tersebut sebagai bagian dari efisiensi dan salah satu cara untuk mengurangi subsidi yang membawa manfaat bagi rakyat Indonesia. SBY menjelaskan, konversi minyak tanah ke LPG yang telah berjalan bisa menghemat subsidi hingga Rp 63,6 triliun. Transportasi yang menggunakan gas pun dapat mengurangi tekanan pada BBM, polusi dan subsidi. Menurut SBY, Indonesia tidak bisa bersandar pada pasar minyak luar negeri karena hal tersebut tidak dapat menjaga keamanan suplai BBM di dalam negeri.


Untuk itu, kita perlu membangun kilang yang memang membutuhkan investasi yang besar. Ini harus dijalankan karena kita ingin suplai BBM di negeri ini aman. "Semangat kita ke depan adalah energi harus betul-betul bisa memenuhi kepentingan dalam negeri. Setelah itu, barulah melakukan kerja sama dengan negara sahabat. "Jika ada perpanjangan kontrak, harus sangat menguntungkan Indonesia, bukan sebaliknya," tegasnya. SBY menilai pada tahun-tahun terakhir ini Pertamina sangat aktif mengembangkan bisnisnya di dalam negeri dan menambahkan produksi untuk Indonesia dari sumur-sumur di negara lain. Untuk itu, pemerintah juga aktif mendukung dan mengawal Pertamina. "Jika menyangkut kebijakan dan regulasi, kita bisa back up sepanjang itu membawa kebaikan bagi negara agar upaya Pertamina mengembangkan bisnis bisa berhasil," tegas SBY.

Share this post