KAMOJANG- Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, pada saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 yang berkapasitas 1x35 MW. Peresmian proyek tersebut dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo, pada Minggu (5/7).
Peresmian tersebut juga turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar, Menteri BUMN Rini M. Soemarno, Menko Kemaritiman & Kelautan Indroyono Soesilo, dan seluruh jajaran Kabinet Kerja RI.
PLTP Kamojang Unit 5 telah beroperasi secara komersial dengan mengalirkan listrik kepada PT PLN (Persero) pada 29 Juni 2015 pukul 00.00 WIB. Proyek ini menjadi salah satu milestone penting Pertamina untuk masuk ke era bisnis total project panas bumi, di mana Pertamina menggarap panas bumi dari uap hingga menjadi listrik.
Presiden RI Joko Widodo mengapresiasi upaya yang dilakukan Pertamina. Ia mengatakan, potensi geothermal yang sangat ramah lingkungan ini harus menjadi fokus utama di dalam negeri. Untuk itu, ia mendorong kepada kepada Menteri BUMN, Menteri ESDM, dan Menteri Kemaritiman & Kelautan beserta jajarannya, agar pembangkit listrik yang ramah lingkungan menjadi skala prioritas.
Jokowi berjanji untuk menargetkan 35.000 MW untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia. “Karena saat ini 90 persen kita masih menggunakan batu bara. Ini harus diubah dan memang menjadi kebutuhan yang harus kita kerjakan.Ini bukan target yang main-main,” tegas Jokowi.
Dirinya juga mengaku akan segera menyelesaikan masalah pembebasan lahan menyangkut suplai listrik di Jawa. “Meskipun biaya mahal tidak menjadi persoalan. Kita akan beri insentif, khusus bagi energi ramah lingkungan lainnya seperti tenaga angin, ombak, maupun biomassa,” ucap dia seraya disambut riuh tepuk tangan para hadirin.
Pertamina memang telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis, dan perusahaan telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019. Ini menjadi salah satu bukti komitmen Pertamina menjadi leader dalam merealisasikan proyek-proyek panas bumi di Tanah Air.
“Mengembangkan panas bumi memang tidak mudah dan terbukti kendati Indonesia memiliki potensi terbesar di dunia dengan 27.000 MW, baru kisaran 5% yang termanfaatkan. Pertamina komit mempercepat pemanfaatan panas bumi dan konsisten menjadi yang terdepan dalam melaksanakan pengembangan panas bumi di Indonesia. Bahkan, saat investor lain tidak banyak tergerak, kami terus berinvestasi di sektor panas bumi. Salah satunya, PLTP Kamojang 5 yang diresmikan oleh Presiden RI hari ini,” katanya.
Dwi menambahkan, selain PLTP Kamojang 5, saat ini Pertamina sedang melaksanakan sejumlah proyek pengembangan panas bumi, meliputi Karaha (1x30 MW) di Jawa Barat, Ulubelu 3 & 4 (2x55 MW) di Lampung, Lumut Balai 1 dan 2 (2x55 MW) di Sumatera Selatan, Hululais 1 dan 2 (2x55 MW) di Bengkulu. Selanjutnya Sungai Penuh 1 (1x55 MW) di Jambi, serta Lahendong 5 dan 6 (2x20 MW) dan pembangkit skala kecil 2x5 MW di Sulawesi Utara, Sibayak 2x5 MW, Sumatera Utara. Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan total investasi sekitar 2,5 miliar dolar AS.
Proyek-proyek tersebut mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019. Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, Pertamina akan memiliki kapasitas sebesar 907 MW pada tahun 2019 yang dapat menghemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari.
Sebagai wujud komitmen Pertamina terhadap optimalisasi local content, dan memperkuat sinergi di antara perusahaan milik negara, hampir seluruh proyek panas bumi yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy dilaksanakan oleh PT Rekayasa Industri. Diharapkan selama proyek berlangsung dapat menyerap tenaga kerja sekitar 7 ribu orang.•EGHA