Nusa Dua BALI – Perhelatan Annual Meetings International Monetary Fund (IMF) yang berlangsung dari tanggal 8 Oktober akan segera berakhir di tanggal 14 Oktober 2018. Selain mengikuti serangkaian agenda meeting, para delegasi dan tamu undangan berkesempatan mengunjungi Pavillion Indonesia.
Pavilion Indonesia telah dibuka oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno pada tanggal 9 Oktober 2018 lalu. Di Pavilion Indonesia ini, Pertamina menampilkan program CSR Pertamina, di Bali dan daerah lain. Salah satu aktivasi yang dilakukan oleh Pertamina yaitu menghadirkan warga Kolok dari Desa Bengkala, Kabupaten Buleleng Bali. Sekitar 2% (kurang lebih 50 orang) penduduk Desa Bengkala adalah penyandang tunarungu dan tunawicara. Tokoh Desa Bengkala Ketut Kanta yang didapuk menjadi juru penerang menjelaskan kepada Menteri BUMN (9/10), Gubernur Bali (11/10) juga para pengunjung dari dalam dan luar negeri mengenai aktivitas warga Kolok yang dibina Pertamina. Dalam kesempatan tersebut, Menteri BUMN dan Gubernur Bali, I Wayan Coster, menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan warga kolok.
“Saya sangat bangga dengan kehadiran warga Kolok di Pavillion Indonesia dan menunjukkan potensi mereka”, ujar I Wayan Coster.
Kehadiran warga Kolok telah menjadi magnet tersendiri dari para pengunjung yang mengagumi kain tenun Bengkala. Pengunjung berbincang-bincang dengan penenun serta penari dibantu oleh penterjemah. Pertamina melalui Program Kawasan Ekonomi Masyarakat menggandeng Forum Layanan Iptek Masyarakat (Flipmas) membantu pemberdayaan warga Kolok melalui serangkaian Program yaitu Aksara Kolok Kelih, Jamu Sari Kunyit Bengkala, Kain Tenun Bengkala, Kesenian Tari Jalak Aguci, Tari Baris Bebek Bengkala, Pelatihan Bahasa Inggris, Peternakan babi, Biogas dan program Agrikultura.
Salain itu, juga ditampilkan fauna yang hampir punah yaitu Owa Jawa dan Tuntong Laut, melalui Program Keanekaragaman Hayati dan tercakup dalam Biodiversity Footprint. Rehabilitasi Owa Jawa dilakukan oleh Pertamina EP (Asset 3 Subang) bekerjasama dengan Yayasan Owa Jawa berlokasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibutuhkan waktu 7 – 9 tahun sampai Owa Jawa siap untuk dilepasliarkan ke habibatnya. Sedangkan Tuntong laut adalah salah satu hewan dengan status hampir punah dan masuk ke dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999. Berdasarkan data International Union for Conservation of Nature (IUCN), Tuntong Laut berada di urutan ke-25 dari 327 spesies di dunia yang termasuk kategori langka. Pertamina EP (Rantau Field) ikut ambil andil dan peduli dalam kegiatan konservasi tuntong laut. Pelestarian spesies ini penting untuk dilakukan, agar salah satu kekayaan keanekaragaman hayati nasional khususnya di daerah Aceh Tamiang dapat berperan menjaga keseimbangan ekosistem perairan hutan bakau dan dinikmati oleh generasi mendatang.
Tidak hanya menampilkan program CSR, di Pavillion Indonesia terdapat beragam kerajinan tangan yang menjadi satu daya tarik pariwisata di Indonesia. Para pengunjung berkesempatan untuk melihat langsung dan membeli hasil kerajinan Indonesia yang terdapat di booth Rumah Kreatif BUMN. Melalui proses kurasi yang ketat, Pertamina menampilkan produk-produk unggulan dari Mitra Binaan yaitu Batik Prabu berupa long coat batik, long coat tenun, kain baik dan kain tenun batik. Batik Adifta Cirebon : batik tulis kain, kemeja batik. Kebaya Ambunsari Bukittinggi berupa kain songket, baju sulam kebaya serta hanndicraft perak Sansan dengan produk perak miniatur kereta kencana, miniatur harley, miniatur andong, miniatur gunungan, miniatur tugu jogja, hiasan wayang, hiasan gunungan.