JAKARTA – Direktorat Pengolahan Pertamina menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) akhir tahun untuk menentukan arah Direktorat Pengolahan Pertamina ke depan, di Jakarta, pada 28 Desember 2016.
Rakor dibuka melalui Keynote Speech Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang dan dihadiri oleh Direktur Pengolahan Pertamina Toharso, jajaran SVP, VP, dan Manager di lingkungan Direktorat Pengolahan, serta General Manager Refinery Unit (RU) Pertamina seluruh Indonesia.
Rakor juga mengundang beberapa pejabat bisnis hilir Pertamina, seperti SVP Shipping Pertamina Mulyono, VP Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S. Purba, dan VP Supply & Distribution Pertamina Faris Aziz yang turut berbagi pengalaman mengenai kinerja fungsi masing-masing untuk menyelaraskan kinerja bersama Direktorat Pengolahan ke depan.
Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang berharap Direktorat Pengolahan dapat lebih efisien, khususnya pada produk-produk bahan bakar yang paling diminati oleh pasar serta melakukan operasi refinery lebih market-driven. Ia juga berharap kualitas produk yang diproduksi kilang Pertamina dapat lebih meningkat.
“Kita harus mampu menjadikan Pengolahan lebih efisien dan berkembang lebih baik. Termasuk memproduksi produk yang lebih baik lagi mengingat tekanan dari Kementerian Lingkungan Hidup menyangkut standar euro sudah mulai gencar dan dorongan perindustrian. Dengan demikian sinergi dengan Pemasaran menjadi lebih kuat sehingga Pemasaran bisa terus membangun infrastruktur agar tetap bisa menguasai pasar dengan ritel yang kuat,” ujar Ahmad Bambang.
Sementara Direktur Pengolahan Pertamina Toharso dalam paparannya menjelaskan, ada lima aspek utama arah bisnis yang akan digalakkan ke depan oleh Direktorat Pengolahan. Di antaranya adalah aspek HSSE, Keandalan kilang, Efisiensi, Optimasi, serta Pengelolaan SDM Direktorat Pengolahan melalui tema arah Direktorat Pengolahan yakni “Sustainability of Refinery Operation Excellent (SROE)”.
“Di jangka pendek ini, setidaknya tahun 2017, kita akan mengambil tema program kerja Direktorat Pengolahan yakni Sustainability of Refinery Operation Excellent atau disebut SROE (Seru). Artinya, operasi di Pengolahan sudah bagus tapi bagaimana operation excellent ini bisa berkelanjutan,” ucap Toharso.
“Ada lima fokus utama Program SROE. Pertama yakni HSSE. Tentu kita semua sudah setuju dengan prinsip Safety First. Karena sebaik apapun kilang kita, kalau ada fatality maka proper hijau pun pasti akan turun. Kedua, Keandalan. Ini adalah jualan kita. Kalau kilang tidak andal maka akan mengganggu proses yang lain dalam bisnis kita. Ketiga, aspek Efisiensi, tentu tanpa ini produk kita tidak akan bisa bersaing di pasar, apalagi Tiongkok telah membangun kilang dengan kapasitas tiga juta barel per hari. Keempat, Optimasi Kilang, yakni bagaimana dari segi input dan output bisa berjalan maksimal. Dan terakhir, pengelolaan keandalan SDM,” tambah Toharso.
Acara Rakor diisi dengan diskusi grup mengenai pengimplementasian lima pilar SROE menjadi program-program yang lebih konkret, presentasi hasil diskusi, dan juga penandatanganan komitmen Rakor Direktorat Pengolahan oleh jajaran pejabat Direktorat Pengolahan serta seluruh GM Refinery Unit yang hadir.
Adapun butir komitmen Direktorat Pengolahan yang disepakati seperti komitmen melengkapi formasi organisasi direktorat, peningkatan training pekerja, memprioritaskan aspek HSSE melalui implementasi program HSSE, melaksanakan program keandalan kilang secara konsisten dan berkelanjutan, peningkatan efisiensi, serta peningkatan valuable product.•STARFY