JAKARTA - PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) Group telah melakukan rebranding anak perusahaan, salah satunya yaitu Peteka Karya Jala (PKJ), yang bergerak di bidang dredging, salvage, under water services, waste management, fresh water provider, dan EPC. PKJ kini menjadi Pertamina Marine Engineering (PME). Proses rebranding dan restrukturisasi bisnis berlangsung sejak 2021.
Direktur Pertamina Marine Engineering (PME) Yada Prawira Ganta menyatakan PME memiliki kekuatan secara kompetitif (competitive advantage) dan diakui established pada bisnis jasa bawah air (under water service). “Kami sudah mengantongi izin usahanya, memiliki peralatannya secara lengkap, dan pengalaman menggarap unit bisnis ini, terutama memiliki para penyelam andal,” ujarnya.
Menurut Yada, jasa pelayanan bawah air merupakan unit bisnis yang dikembangkan di lingkungan internal Pertamina. Itu sebabnya PME memahami seluk beluk operasionalnya, dengan segala infrastruktur yang disediakan Pertamina. Demikian juga dengan unit bisnis dredging (pengerukan) yang kebutuhannya cukup banyak saat ini.
"Kami sudah memahami bagaimana jalinan jejaring (network)-nya, termasuk juga mitra kerja yang kredibel dan biasa bekerja sama di lingkungan perkapalan,” tutur Yada.
Proses rebranding ini berlangsung sejalan dengan perpindahan bisnis dari anak usaha grup PTK yang sebelumnya dikelola oleh Peteka Karya Tirta (PKT) kepada PME di bidang bisnis penyediaan air baku (fresh water). Secara bertahap PME tengah mempersiapkan bisnis pengelolaan berbagai limbah dari kapal tanker.
“Salah satu target kami dalam pengelolaan limbah dapat mengedepankan kerja sama strategis, yaitu dengan menggandeng partner usaha yang kompeten dan berpengalaman lebih banyak. Dengan peluang pasar cukup besar, serta pengalaman kami, lokasi usaha yang tersedia, nantinya tinggal melengkapi sarana peralatannya melalui kerjasama kemitraan ataupun konsorsium," imbuhnya.
Ini menjadi strategi korporasi mengingat di lingkungan wilayah kerja Pertamina, area PME terbentang dari Sabang sampai Merauke. Itu sebabnya PME perlu melengkapi divisi bisnis ini dengan infrastruktur pendukung di bidang pengelolaan limbah, baik dengan mengembangkan kelengkapannya, termasuk berinvestasi secara menyeluruh maupun parsial.
Yada juga menegaskan, proses rebranding PKJ menjadi PME sudah berjalan sejak pertengahan tahun lalu dan masih berlangsung sampai sekarang. Dalam proses rebranding, saat ini PME tengah mempersiapkan proses bisnis, di antaranya kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM), kompetensi organisasi, termasuk legalitas perizinan. “Kami siapkan juga infrastruktur fundamental dan kelengkapannya secara bertahap, sehingga kuartal keempat tahun ini proses tahapan rebranding selesai dilakukan. Setelah itu kami perlu menyosialisasikan kepada seluruh pelanggan internal dan eksternal," jelasnya.
Seluruh kontrak pekerjaan yang sebelumnya atas nama Peteka Karya Jala (PKJ) dilakukan amandemen sebelum akhir tahun ini, sampai berganti nama secara resmi, sehingga seluruhnya bermigrasi menjadi PME pada kuartal keempat tahun ini.
“Kami lakukan bertahap antara lain menyusun skema proses bisnis baru sebagai adaptasi (penyesuaian), mengidentifikasi para pelanggan termasuk seluruh pemangku kepentingan, sampai memastikan tidak terjadi kekosongan di berbagai lini. Ketika sampai tahap implementasi kami persiapkan kapal-kapal kami, termasuk mengadakan berbagai coaching bagi kekuatan SDM, dan penyesuaian sistem pelaporan akuntansi keuangan berbasis aplikasi MySAP," paparnya.
Perubahan terbesar adalah adaptasi fisik, karena akan mengubah struktur yang disesuaikan dengan kebutuhan PME di masa depan. “Dulu kami menggunakan fungsi yang ada di induk perusahaan PTK, namun ke depan bagian tersebut akan dibentuk di dalam PME,” pungkasnya.*SHIML