Refining Petrochemicals World 2019 : Pertamina Fokus Jadikan RDMP & GRR sebagai Program Prioritas Utama

BALI -- Direktur Megaproyek Pengolahan & Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang didaulat menjadi pembicara utama dalam kegiatan Refining Petrochemicals World (RPW) 2019,  di hotel Westin,  Bali, pada Selasa (14/5/2019).

RPW 2019 merupakan ajang  bagi pelaku  industri migas, khususnya di bidang Refinery dan Petrochemicals,   yang bertujuan sebagai sarana mencari solusi dari berbagai tantangan dan peluang yang ditemui pada sektor ini.  Kegiatan  yang  menghadirkan 40 pembicara dari dalam dan luar negeri tersebut diikuti sekitar 400 peserta yang berkecimpung dalam bisnis Refinery & Petrochemicals dalam dan luar negeri. Termasuk juga praktisi Engineering Procurement and Construction (EPC) hingga penyedia teknologi.

Dalam acara bertema “Digital Transformation and Process Innovation for a Sustainable Downstream Future” ini, Direktur Pengolahan & Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang memaparkan tentang  dua program prioritas yang diusung Pertamina dalam upaya meningkatkan ketahanan energi nasional di masa mendatang. 

“Kami memiliki dua program prioritas utama untuk mempercepat reorientasi industri minyak hilir Indonesia dan untuk memacu pembangunan infrastruktur hilir.  Untuk itu, kami berupaya meningkatkan produktivitas dengan  inovasi teknologi & optimalisasi proses dalam konteks transformasi digital," ujarnya.

Menurut Tallulembang, dua program prioritas utama untuk meningkatkan  kapasitas kilang Pertamina itu, yaitu Refinery Development Master Plan (RDMP) dan  Grass Root Refinery (GRR).  

“Dengan pembangunan empat proyek RDMP dan dua proyek GRR tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pengolahan kilang minyak Pertamina menjadi dua juta barel dari sebelumnya satu juta. Selain itu, dapat meningkatkan kemampuan pengolahan dari sweet crude  menjadi sour crude dengan kandungan sulfur sekitar 2 persen,” jelasnya.

Tallulembang menambahkan, proyek RDMP dan GRR juga dapat meningkatkan Yield of Valuable menjadi sekitar  95 persen dari sebelumnya 75 persen, menghasilkan fuel product dengan kualitas Euro V serta menghasilkan produk Petrochemical berkisar 6.600 Kilotonnes Per Annum  (KTPA) dari sebelumnya sebesar 600 KTPA sehingga bisa mengurangi impor produk petrokimia yang signifikan.

“Dengan hadirnya dua megaproyek ini, Indonesia  akan bertransformasi  dari importir menjadi eksportir petrochemicals serta meningkatkan produksi fuel sehingga 100 persen bisa memenuhi kebutuhan energi nasional,”pungkasnya.•RIN

Share this post